Kajian Surat Luqman oleh Prof. KH Ali Yafie. Kajian dari ayat 12-19. Menurut KH Dr. Mohamad Hidayat MBA, MH, Luqman bukan seorang Nabi dan bukan pula seorang Rasul. Namun namanya diabadikan Allah dalam sebagai satu nama surat dalam Al Qur’an: Lukman karena dia amat bijaksana sehingga digelari dengan Lukman Al Hakim. Lukman yang bijaksana atau menguasai ilmu hikmah.
Dari penampilannya, Luqman tidak menarik. Badannya pendek. Kulitnya hitam. Hidungnya mancung ke dalam, dsb. Namun saat dia berbicara, orang banyak akan terkesima.
Inilah beberapa ayat Al Qur’an dalam surat Luqman:
12. Dan sesungguhnya telah Kami berikan hikmat kepada Luqman, yaitu: “Bersyukurlah kepada Allah. Dan barangsiapa yang bersyukur (kepada Allah), maka sesungguhnya ia bersyukur untuk dirinya sendiri; dan barangsiapa yang tidak bersyukur, maka sesungguhnya Allah Maha Kaya lagi Maha Terpuji.”
Nasehat Luqman di bawah agar anak-anak tidak menyekutukan Allah hendaknya kita ikuti:
13. Dan (ingatlah) ketika Luqman berkata kepada anaknya, di waktu ia memberi pelajaran kepadanya: “Hai anakku, janganlah kamu mempersekutukan Allah, sesungguhnya mempersekutukan (Allah) adalah benar-benar kezaliman yang besar.”
14. Dan Kami perintahkan kepada manusia (berbuat baik) kepada dua orang ibu- bapanya; ibunya telah mengandungnya dalam keadaan lemah yang bertambah- tambah, dan menyapihnya dalam dua tahun[1180]. Bersyukurlah kepadaKu dan kepada dua orang ibu bapakmu, hanya kepada-Kulah kembalimu.
[1180]. Maksudnya: Selambat-lambat waktu menyapih ialah setelah anak berumur dua tahun.
Menurut KH Mohamad Hidayat, kasih orang tua kepada kita tidak terbatas. Meski sakit, yang dipikirkan adalah anak.
Ada pun kasih sayang anak kepada orang tua terbatas. Jarang ada anak yang mau memberikan ibunya seharga mobil atau motor yang dia beli. Bahkan senilai sepeda yang diberikan ibunya waktu dia kecil pun jarang.
15. Dan jika keduanya memaksamu untuk mempersekutukan dengan Aku sesuatu yang tidak ada pengetahuanmu tentang itu, maka janganlah kamu mengikuti keduanya, dan pergaulilah keduanya di dunia dengan baik, dan ikutilah jalan orang yang kembali kepada-Ku, kemudian hanya kepada-Kulah kembalimu, maka Kuberitakan kepadamu apa yang telah kamu kerjakan.
Menurut KH Moehammad Zain, saat orang tua yang kafir meninggal dunia, kita tetap berbuat baik. Caranya dengan menziarahi kubur mereka. Namun mendoakan mereka masuk surga tetap tidak boleh. Karena janji Allah untuk menyiksa orang2 kafir di neraka itu jelas.
16. (Luqman berkata): “Hai anakku, sesungguhnya jika ada (sesuatu perbuatan) seberat biji sawi, dan berada dalam batu atau di langit atau di dalam bumi, niscaya Allah akan mendatangkannya (membalasinya). Sesungguhnya Allah Maha Halus[1181] lagi Maha Mengetahui.
[1181]. Yang dimaksud dengan Allah Maha Halus ialah ilmu Allah itu meliputi segala sesuatu bagaimana kecilnya.
Artinya sekecil apa pun amal yang kita lakukan, niscaya dilihat dan dibalas oleh Allah. Sebab itu jangan anggap remeh amal saleh meski hanya menyingkirkan batu kerikil dari tengah jalan. Atau sekedar sedekah dengan sebutir kurma.
17. Hai anakku, dirikanlah shalat dan suruhlah (manusia) mengerjakan yang baik dan cegahlah (mereka) dari perbuatan yang mungkar dan bersabarlah terhadap apa yang menimpa kamu. Sesungguhnya yang demikian itu termasuk hal-hal yang diwajibkan (oleh Allah).
18. Dan janganlah kamu memalingkan mukamu dari manusia (karena sombong) dan janganlah kamu berjalan di muka bumi dengan angkuh. Sesungguhnya Allah tidak menyukai orang-orang yang sombong lagi membanggakan diri.
19. Dan sederhanalah kamu dalam berjalan[1182] dan lunakkanlah suaramu. Sesungguhnya seburuk-buruk suara ialah suara keledai.
[1182]. Maksudnya: ketika kamu berjalan, janganlah terlampau cepat dan jangan pula terlalu lambat.
Menurut KH Ali Yafie, wajah adalah cermin dari akhlaq kita. Memandang orang lain dengan wajah tersenyum / ceria adalah sedekah. Sebaliknya memalingkan wajah adalah sikap orang yang sombong. Ini tidak disukai Allah.
Demikian pula jika kita bersuara dengan suara yang keras laksana keledai.
Inilah video ceramah KH Prof Ali Yafie tanggal 23 Agustus 2014:
Filed under: Dakwah |
Tinggalkan Balasan