Semua Bid’ah itu Sesat itu Paham Khawarij

Kadang beda paham yang sampai menyalahkan, menyesatkan, mengkafirkan, dan memusyrikkan sesama muslim itu bukan karena kurangnya ilmu. Tapi memang pendiri aliran itu memang membuat sekte itu untuk menyalahkan / mengkafirkan muslim lain. Sehingga halal bagi mereka membunuh muslim yg bersyahadah dan sholat karena menurut mereka yang mereka bunuh bukan muslim. Tapi kafir. Musuh Islam. Musuh Allah.
 
Sumber fitnah dan huru-hara ini sudah dinubuwatkan Nabi akan muncul dari Najd. Jika ada yang berdalih Najd itu di Iraq yang ada di utara Madinah, Nabi menjelaskan fitnah itu dari sebelah Timur Madinah (Riyadh). Dari arah matahari terbit. Bahkan Nabi menjelaskan lagi bahwa dari suku Bani Tamim yang tinggal di Najd (sekitar Riyadh) itulah muncul kaum khawarij.
 
Di antara doktrin utamanya adalah semua bid’ah itu sesat dan masuk neraka. Berarti kita pakai HP, Mobil, Facebook ini bid’ah dong? Masuk neraka? Zaman Nabi kan tidak ada?

 
Oh Bid’ah ini khusus soal agama!
Berarti tidak semua bid’ah dong?
 
Kitab Al Qur’an, Kitab Shahih Hadits Bukhari dan Muslim itu bid’ah. Zaman Nabi tidak ada. Kitab Al Qur’an dan Hadits Shahih Bukhari itu satu tiang agama. Dalil agama. Nah ini bid’ah agama juga kan? Sesat dong? Masuk neraka dong?
 
Pengingkaran adanya Bid’ah yang baik / bid’ah hasanah ini jadi dasar bagi mereka untuk menganggap sesat sesama muslim.
 
Pelaku Bid’ah dianggap lebih buruk daripada pembunuh dan pemerkosa. Apa mereka lebih suka anak dan istri mereka dibunuh dan diperkosa oleh pembunuh dan pemerkosa daripada ada tetangganya yang baca doa Qunut saat sholat Subuh?
 
Semua pelaku Bid’ah itu buruk dan masuk neraka. Apa mereka tidak tahu Al Badii’ (Pembuat Bid’ah) adalah satu dari nama Allah? Satu dari Asma’ul Husna? Badii’us samaawati…
 
Paham mereka beda dengan paham Khalifah Umar yang tegas menyatakan Ni’mal Bid’ah (Sebaik2 Bid’ah) di depan para sahabat. Tak satu pun sahabat yang protes: Hai Umar, apa kamu tidak tahu semua bid’ah itu sesat? Tak ada Bid’ah yang baik?
 
Hadits Khalifah Umar bin Khoththob ra menyatakan NI’MAL BID’AH di depan para sahabat:
 
Dari Abdurrahman bin Abdul Qori yang menjelaskan: “Pada salah satu malam di bulan Ramadhan, aku berjalan bersama Umar (bin Khattab). Kami melihat orang-orang nampak sendiri-sendiri dan berpencar-pencar. Mereka melakukan shalat ada yang sendiri-sendiri ataupun dengan kelompoknya masing-masing. Lantas Umar berkata: “Menurutku alangkah baiknya jika mereka mengikuti satu imam (untuk berjamaah)”. Lantas ia memerintahkan agar orang-orang itu melakukan shalat dibelakang Ubay bin Ka’ab. Malam berikutnya, kami kembali datang ke masjid. Kami melihat orang-orang melakukan shalat sunnah malam Ramadhan (tarawih) dengan berjamaah. Melihat hal itu lantas Umar mengatakan: “Inilah sebaik-baik bid’ah!” ((ni’mal bid’ah hadzihi))” (Shahih Bukhari jilid 2 halaman 252, yang juga terdapat dalam kitab al-Muwattha’ karya Imam Malik halaman 73).
 
Di situ Umar ra menyatakan di depan para sahabat bahwa ada Bid’ah yang baik! Ada bid’ah hasanah. Jadi keliru sekali jika menganggap tidak ada bid’ah hasanah. Semua bid’ah sesat dan masuk neraka.
 
Khalifah Abu Bakar ra, Umar bin Khoththob ra, dan Zaid bin Tsabit meyakini bahwa pembukuan Al Qur’an adalah Bid’ah Hasanah:
 
“Dari Zaid bin Tsabit r.a. bahwa ia berkata: “Abu Bakar mengirimkan berita kepadaku tentang korban pertempuran Yamamah, setelah orang yang hafal Al-Qur’an sejumlah 70 orang gugur. Kala itu Umar berada di samping Abu Bakar. Kemudian Abu Bakar mengatakan “Umar telah datang kepadaku dan ia mengatakan: “Sesungguhnya pertumpahan darah pada pertempuran Yamamah banyak mengancam terhadap para penghafal Al-Qur’an. Aku khawatir kalau pembunuhan terhadap para penghafal Al-Qur’an terus-menerus terjadi di setiap pertempuran, akan mengakibatkan banyak Al-Qur’an yang hilang. Saya berpendapat agar anda memerintahkan seseorang untuk mengumpulkan Al-Qur’an”. Aku (Abu Bakar) menjawab: “Bagaimana aku harus melakukan suatu perbuatan sedang Rasul SAW tidak pernah melakukannya?”. Umar r.a. menjawab: “Demi Allah perbuatan tersebut adalah baik”. Dan ia berulangkali mengucapkannya sehingga Allah melapangkan dadaku sebagaimana ia melapangkan dada Umar. Dalam hal itu aku sependapat dengan pendapat Umar.
 
Zaid berkata: Abu Bakar mengatakan: “Anda adalah seorang pemuda yang tangkas, aku tidak meragukan kemampuan anda. Anda adalah penulis wahyu dari Rasulullah SAW. Oleh karena itu telitilah Al-Our’an dan kumpulkanlah….!” Zaid menjawab: “Demi Allah andaikata aku dibebani tugas untuk memindahkan gunung tidaklah akan berat bagiku jika dibandingkan dengan tugas yang dibebankan kepadaku ini”.
 
Saya mengatakan: “Bagaimana anda berdua akan melakukan pekerjaan yang tidak pernah dilakukan oleh Rasululah SAW?”. Abu Bakar menjawab: “Demi Allah hal ini adalah baik”, dan ia mengulanginya berulangkali sampai aku dilapangkan dada oleh Allah SWT sebagaimana ia telah melapangkan dada Abu Bakar dan Umar.
 
Selanjutnya aku meneliti dan mengumpulkan Al-Qur’an dari kepingan batu, pelepah kurma dan dari sahabat-sahabat yang hafal Al-Qur’an, sampai akhirnya aku mendapatkan akhir surat At-Taubah dari Abu Khuzaimah Al-Anshary yang tidak terdapat pada lainnya (yaitu):
 
Sesungguhnya telah datang kepadamu seorang Rasul dari kaummu sendiri, berat baginya apa yang kamu rasakan, ia sangat menginginkan (keimanan dan keselamatan) bagimu, amat belas kasihan lagi penyayang terhadap orang-orang mukmin. Jika mereka berpaling (dari keimanan) maka katakanlah: Cukuplah Allah bagiku, tidak ada Tuhan selain Dia. Hanya kepada-Nya aku bertawakkal dan Dia adalah Tuhan yang memiliki ‘Arsy yang agung. (At-Taubah: 128-129). [HR Bukhari]
 
Mereka tidak paham kata KULLU itu tidak mutlak berarti semua. Pada kisah Nabi Khidir di surat Al Kahfi disebut seorang raja yang merampas semua perahu (Kullu Safinah). Tapi Nabi Khidir merusak perahu yang mereka tumpangi agar tidak dirampas raja tsb. Artinya tidak semua perahu dirampas raja tsb. Hanya perahu yg baik saja yg dirampas. Jadi Kullu tidak mutlak berarti semua. Di surat lain juga Allah menyebut bahwa Allah menciptakan semua yang hidup Kullu Hayy dari air. Padahal kita tahu Malaikat dan Jin diciptakan bukan dari air. Malaikat diciptakan dari Nur dan Jin dari api.
 
Ini mereka tak paham. Najd itu tempat Arab Badui. Bukan Arab Sastrawan / Intelek yang paham Sastra dan Logika. Saat mereka dijadikan rujukan dasar Islam, jadinya malah fitnah thd sesama muslim.
 
Ibnu Umar berkata, “Nabi berdoa, ‘Ya Allah, berkahilah kami pada negeri Syam dan Yaman kami.’ Mereka berkata, Terhadap Najd kami.’ Beliau berdoa, ‘Ya Allah, berkahilah Syam dan Yaman kami.’ Mereka berkata, ‘Dan Najd kami.’ Beliau berdoa, ‘Ya Allah, berkahilah kami pada negeri Syam. Ya Allah, berkahilah kami pada negeri Yaman.’ Maka, saya mengira beliau bersabda pada kali yang ketiga, ‘Di sana (Najd) terdapat kegoncangan-kegoncangan (gempa bumi), fitnah-fitnah, dan di sana pula munculnya tanduk setan.’” [HR Bukhari]
 
Tempat kaum Khawarij berasal. Nabi menunjuk ke arah Timur:
 
Hadis riwayat Sahal bin Hunaif ra.:
Dari Yusair bin Amru, ia berkata: Saya berkata kepada Sahal: Apakah engkau pernah mendengar Nabi saw. menyebut-nyebut Khawarij? Sahal menjawab: Aku mendengarnya, ia menunjuk dengan tangannya ke arah Timur, mereka adalah kaum yang membaca Alquran dengan lisan mereka, tetapi tidak melampaui tenggorokan mereka. Mereka keluar dari agama secepat anak panah melesat dari busurnya. (Shahih Muslim No.1776)
 
Dari ‘Abdullah bin Umar yang berkata Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam mengerjakan shalat fajar kemudian mengucapkan salam dan menghadap kearah matahari terbit seraya bersabda “fitnah datang dari sini, fitnah datang dari sini dari arah munculnya tanduk setan” [Musnad Ahmad 2/72 no 5410 dengan sanad shahih]
 
Rasulullah saw. bersabda: Sesungguhnya diantara ummatku ada orang-orang yang membaca Alquran tapi tidak melampaui tenggorokan mereka. Mereka membunuh orang Islam dan membiarkan penyembah berhala. Mereka keluar dari Islam secepat anak panah melesat dari busurnya. Sungguh, jika aku mendapati mereka, pasti aku akan bunuh mereka seperti terbunuhnya kaum Aad. (Shahih Muslim No.1762)
 
Ummat Islam itu berkasih sayang terhadap sesama, namun keras terhadap orang-orang kafir:
“Muhammad itu adalah utusan Allah dan orang-orang yang bersama dengan dia adalah keras terhadap orang-orang kafir, tetapi berkasih sayang sesama mereka. Kamu lihat mereka ruku’ dan sujud mencari karunia Allah dan keridhaan-Nya, tanda-tanda mereka tampak pada muka mereka dari bekas sujud. Demikianlah sifat-sifat mereka dalam Taurat dan sifat-sifat mereka dalam Injil, yaitu seperti tanaman yang mengeluarkan tunasnya maka tunas itu menjadikan tanaman itu kuat lalu menjadi besarlah dia dan tegak lurus di atas pokoknya; tanaman itu menyenangkan hati penanam-penanamnya karena Allah hendak menjengkelkan hati orang-orang kafir (dengan kekuatan orang-orang mukmin). Allah menjanjikan kepada orang-orang yang beriman dan mengerjakan amal yang saleh di antara mereka ampunan dan pahala yang besar.” [Al Fath 29]
 
“Hai orang-orang yang beriman, barangsiapa di antara kamu yang murtad dari agamanya, maka kelak Allah akan mendatangkan suatu kaum yang Allah mencintai mereka dan merekapun mencintaiNya, yang bersikap lemah lembut terhadap orang yang mukmin, yang bersikap keras terhadap orang-orang kafir, yang berjihad dijalan Allah, dan yang tidak takut kepada celaan orang yang suka mencela. Itulah karunia Allah, diberikan-Nya kepada siapa yang dikehendaki-Nya, dan Allah Maha Luas (pemberian-Nya), lagi Maha Mengetahui.” [Al Maa-idah 54]
 
Selain Najd tempat kelahiran pendiri Wahabi, Muhammad bin Abdul Wahhab, Nabi juga menjelaskan bahwa dari suku Bani Tamim akan muncul kaum Khawarij / Pengikut Dajjal. Bani Tamim adalah sukunya Muhammad bin Abdul Wahhab:
 
Telah bercerita kepada kami Abu Al Yaman telah mengabarkan kepada kami Syu’aib dari Az Zuhriy berkata, telah mengabarkan kepadaku Abu Salamah bin ‘Abdur Rahman bahwa Abu Sa’id Al Khudriy ra berkata; Ketika kami sedang bersama Rasulullah SAW yang sedang membagi-bagikan pembagian (harta), datang Dzul Khuwaishirah, seorang laki-laki dari Bani Tamim, lalu berkata; Wahai Rasulullah, tolong engkau berlaku adil. Maka beliau berkata: Celaka kamu!. Siapa yang bisa berbuat adil kalau aku saja tidak bisa berbuat adil. Sungguh kamu telah mengalami keburukan dan kerugian jika aku tidak berbuat adil.
Kemudian ‘Umar berkata; Wahai Rasulullah, izinkan aku untuk memenggal batang lehernya!. Beliau berkata: Biarkanlah dia. Karena dia nanti akan memiliki teman-teman yang salah seorang dari kalian memandang remeh shalatnya dibanding shalat mereka, puasanya dibanding puasa mereka. Mereka membaca Al Qur’an namun tidak sampai ke tenggorokan mereka. Mereka keluar dari agama seperti melesetnya anak panah dari sasaran (hewan buruan). (HR Bukhari 3341)
 
Dari Aisyah yang berkata Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam menetapkan miqat bagi penduduk Madinah di Dzul Hulaifah, bagi penduduk Syam dan Mesir di Juhfah, bagi penduduk Iraq di Dzatu ‘Irq, bagi penduduk Najd di Qarn dan bagi penduduk Yaman di Yalamlam (Shahih Sunan Nasa’i no 2656)

Tinggalkan komentar