Pelajaran dari Video Porno Ariel Peterpan, Luna Maya, Cut Tari, dsb

Beredarnya 32 video perzinahan Ariel Peterpan dengan banyak wanita seperti Luna Maya, Cut Tari, dan sebagainya sangat memprihatinkan. Video porno tersebut diedarkan ke masyarakat oleh wartawan Infotainment di TV, pengguna internet, bahkan juga pemakai HP sehingga anak-anak yang seharusnya belum pantas mengenal seks jadi tahu.

Anak-anak yang melihat video porno tersebut jadi ingin meniru adegan yang mereka lihat sebagaimana mereka biasa meniru film-film yang mereka lihat seperti Batman, Power Rangers, Wrestling Mania, dan sebagainya. Tak heran jika Komisi Perlindungan Anak Indonesia (KPAI) menyebutkan kembali ada 40 anak menjadi korban perkosaan pascaperedaran video mesum mirip Ariel, Luna Maya, dan Cut Tari. Beberapa korban di antaranya disebabkan karena pelaku perkosaan menonton video porno mirip Ariel.

Baca lebih lanjut

Iklan

Larangan Memandangi dan Mengganggu Wanita yang Lewat di Jalan

Sebenarnya Allah melarang ummat Islam mendekati zina.

“Dan janganlah kamu mendekati zina; sesungguhnya zina itu adalah suatu perbuatan yang keji. Dan suatu jalan yang buruk.” [Al Israa’:32]

Melamar perempuan yang tengah dilamar pria lain saja dilarang, apalagi sampai mengganggu istri orang.

Baca lebih lanjut

INILAH ISI RUU TENTANG PORNOGRAFI

Berikut isi RANCANGAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA TENTANG PORNOGRAFI. Saya lihat banyak masyarakat yang menolaknya karena informasi keliru seperti patung/lukisan Bali akan dilarang. Padahal di pasal 14 ada perkecualiannya. Ada juga yang demo karena kalau UU Pornografi diberlakukan maka perempuan dilarang pakai lipstik dan main futsal. Ini jelas tidak benar karena RUU Pornografi tidak melarang hal itu. Sebagian penolakan terjadi justru karena ketidak-tahuan pendemo tentang isi RUU Pornografi.

Silahkan baca biar tidak asal tolak atau cuma ikut-ikutan tanpa tahu isinya.

Baca lebih lanjut

Perlunya UU Pornografi dan Perkecualian untuk Propinsi yang Menolak

Penerapan UU Pornografi terseok-seok dan penuh perdebatan sehingga sempat ditunda.

Orang-orang Kafir dan Sekuler (JIL dan Pegiat Porno) meski minoritas tapi justru menguasai media dan TV Swasta, sehingga suaranya juga turut didengar. Apalagi TV Swasta juga kerap menyiarkan sinetron, film2, dan lagu-lagu porno (meski levelnya mungkin kurang dari Playboy) sehingga kurang netral.

Baca lebih lanjut

%d blogger menyukai ini: