Diskusi dengan Faisal Basri tentang Neoliberalisme dan Privatisasi

Saat ini boleh dikata ribuan trilyun kekayaan alam Indonesia dikuras oleh perusahaan-perusahaan asing. 6 perusahaan dari 10 perusahaan terkaya versi majalah Forbes saja mendapat Rp 17 ribu trilyun/tahun. Belum lagi perusahaan-perusahaan lain seperti Freeport, Newmont, BHP, dsb yang menguras emas, perak, tembaga, nikel, dsb dari Indonesia. Bisa jadi hasil dari kekayaan alam Indonesia yang mereka dapat berkisar antara Rp 2.000-5.000 Trilyun/tahun.

Jika saja kita mandiri dan mengelola kekayaan alam sendiri, bisa jadi Rp 3.000 trilyun/tahun hasil kekayaan alam Indonesia masuk ke tangan bangsa Indonesia. Saat ini APBN Indonesia hanya Rp 1.037 Trilyun/tahun. Sementara hutang Luar Negeri sebesar Rp 1.600 trilyun dan setiap tahun bertambah hampir Rp 100 trilyun dalam 5 tahun terakhir.

Baca lebih lanjut

Iklan

Memilih Pemimpin yang Pro Ekonomi Islam dan Anti Kapitalis Neoliberalis

Indonesia tidak pantas miskin karena kekayaan alamnya sungguh luar biasa.
Sayangnya sistem ekonomi yang dianut salah, yaitu: Kapitalis Neoliberalis yang mementingkan pemilik modal/uang (Investor Asing).

Akibatnya sebagian besar kekayaan alam kita dikuasai dan dinikmati asing/kafir harbi AS. 2000 trilyun/tahun masuk ke kantong asing. Bagaimana rakyat Indonesia bisa kaya?
Baca lebih lanjut

Apa Platform Ekonomi Partai Islam? Kapitalis Neoliberalis, Ekonomi Rakyat, atau Ekonomi Islam?

Di Detik.com Amien Rais memuji Slogan Prabowo dan Rizal Ramli yang mengusung Ekonomi Kerakyatan dan Kemandirian Nasional seraya menyayangkan capres lain yang hanya mengusung sistem Ekonomi Kapitalis Neoliberalis yang hanya menguntungkan segelintir pemilik modal.

Apa yang jadi Platform Ekonomi Partai Islam? Kapitalis Neoliberalis, Ekonomi Rakyat, atau Ekonomi Islam?

Baca lebih lanjut

Visi Ekonomi Parpol Islam Tidak Jelas

Saat ini boleh dikata Visi Ekonomi Parpol Islam tidak jelas. Kalau mengenai masalah aliran sesat, pornografi, atau judi mungkin parpol Islam masih paham dan vokal soal itu. Tapi kalau menyangkut masalah ekonomi, sepertinya Parpol Islam belum menguasai Sistem Ekonomi mana yang sesuai dengan Islam, sehingga akhirnya Indonesia terjerumus ke dalam Sistem Ekonomi Kapitalis Neoliberalisme yang lebih menguntungkan Yahudi/AS ketimbang rakyat Indonesia/Ummat Islam. Padahal harusnya kita memeluk Islam secara Kaaffah (menyeluruh). Tidak setengah-setengah.

Sebagai contoh, 90% migas kita justru dikuasai perusahaan asing yang mayoritas dari AS, Negara kafir harbi yang saat ini membantai ummat Islam di Iraq dan Afghanistan dan merupakan pendukung utama negara Israel yang juga membantai Muslim di Palestina. Emas, Perak, Tembaga, dan kekayaan alam kita juga dikuasai perusahaan asing negara tersebut.

Baca lebih lanjut

Dinar Emas Sebagai Alat Jual-Beli di Indonesia

Karena dari kertas yang bahan+ongkos cetaknya tak lebih dari Rp 10/lembar, maka ketika dihargai jadi Rp 100.000, sulit sekali menahan nilainya dari gerusan inflasi. Akibatnya nilai rupiah terus merosot baik terhadap dollar atau pun harga barang lainnya.

Nilai rupiah pun terus turun dari semula 1 US$ = Rp. 1.88 tahun 1946 hingga 1 US$ = Rp. 12.000 tahun 2009

http://rachmad.kuyasipil.net/?p=44

Baca lebih lanjut

Rupiah Turun Nyaris Rp 11 ribu/1 US$ – Kenakan Pajak 1% untuk Transaksi Valas

Meski AS nyaris bangkrut, anehnya rupiah lebih “bangkrut” lagi. Nilainya turun jadi nyaris Rp 11 ribu/1 US$.

Saya hanya bisa memberi masukan:
1. Kenakan pajak 1% untuk transaksi Valas. Ini agar spekulasi valas bisa ditekan.

Baca lebih lanjut

%d blogger menyukai ini: