Pemimpin sejati memakmurkan rakyatnya dgn cara mandiri memenuhi kebutuhan sendiri. Memberi pasar bagi rakyatnya. Ekonomi rakyatnya bangkit.
Beda dgn pemimpin citra yg cuma tebar foto dan status di Medsos. Kebijakannya cuma kosmetik seperti buat taman indah atau transportasi dgn produk luar negeri. Tidak mensejahterakan rakyat.
Bupati Kulonprogo, Hasto Wardoyo, mensejahterakan rakyatnya dengan kekuatan sendiri. Dia tolak iklan rokok. Sebaliknya, 8.000 PNS dan 80.000 pelajar di Kulon Progo diwajibkan memakai seragam batik geblek renteng, batik khas Kulonprogo, pada hari tertentu. Sentra kerajinan batik tumbuh pesat, dari cuma 2 menjadi 50-an.
Bayangkan jika 1 baju batik harganya Rp 50.000. Jika yang beli baju batik 88.000 orang, maka ada Rp 4,4 milyar hanya untuk beli baju batik. Itu cukup untuk menghidupi 1000 orang. Tiap tahun tentu ada pembelian ulang atau repeat order baik untuk siswa baru atau ganji baju yang sudah jelek atau kekecilan.
Jika ditambah dengan sepatu seragam atau dinas seharga rp 100.000, akan ada uang Rp 8,8 milyar yang bisa menghidupi 2.000 orang.
Itulah gerakan “Bela & Beli Kulonprogo” yang digagas Bupati Hasto Wardoyo.
Hasto juga mewajibkan setiap PNS membeli beras produksi petani Kulonprogo, 10 kg/bulan. Bahkan beras raskin yang dikelola Bulog setempat, kini menggunakan beras produksi petani Kulonprogo.
Hasto yang juga dokter spesialis kandungan ini juga membuat PDAM mengembangkan usaha dengan memprodusi Air kemasan merk AirKu ( Air Kulonprogo ).
Selain menyumbangkan PAD, keberadaan air kemasan ini membangkitkan kebanggaan warga setempat dengan mengkonsumsi air produk sendiri.
AirKu kini menguasai seperempat ceruk pasar air kemasan di Kulonprogo. Anto, staf . setempat, menuturkan, kini jumlah permintaan lebih besar dari produksi. Karena itu, volume produksi AirKu akan segera ditingkatkan. Berbagai kebijakan lewat Program Bela & Beli, ternyata mampu menurunkan angka kemiskinan di Kulonprogo, dari 22,54 % pd 2013 menjadi 16,74 % pd 2014 ( data Bappeda ).
Hasto juga memberlakukan Universal Coverage dalam pelayanan kesehatan, dimana Pemkab Kulonprogo menanggung biaya kesehatan warganya Rp 5 juta /orang. RSUD Wates Kulonprogo memberlakukan layanan tanpa kelas. Artinya, ketika kelas 3 penuh, pasien miskin bs dirawat di kelas 2, kelas 1, bahkan VIP.
Kemandirian ini bisa dilanjutkan dengan pembangunan perumahan oleh BUMD Kulon Progo dengan bekerjasama dengan kontraktor2 lokal. Jika 1 rumah Rp 100 juta dan perlu 1.000 rumah tiap tahun, angkanya sudah rp 100 milyar per tahun.
Lebih jauh lagi dibuat mobil rakyat dengan basis mesin sepeda motor yang irit dan murah. Mesin bisa dari mesin sepeda motor Honda atau Yamaha yang bagus. Ada pun komponen lainnya dirancang dan dirakit secara lokal. Jika perlu dibuat seperti Home Industry dgn BUMD sebagai tulang punggung.
Filed under: Ekonomi |
Tinggalkan Balasan