Karena Takdir: Mengerjakan Kebaikan Tapi Masuk Neraka, Mengerjakan Keburukan Tapi Masuk Surga

ceramah

Pengajian tiap malam Rabu di Al Ubudiyyah oleh KH Dr Ali Sibromalisi MA membahas beberapa hadits, di antaranya hadits Bukhari tentang seseorang yang hampir sepanjang hidupnya mengerjakan amalan Ahli Surga dan sedikit lagi masuk surga, tapi karena takdirnya di kitab Lauhul Mahfudz masuk neraka, sebelum meninggal dia kerjakan amalan ahli neraka dan dia pun masuk neraka. Begitu pula ada orang yang hampir sepanjang hidupnya mengerjakan amalan ahli neraka dan sedikit lagi masuk neraka, karena takdirnya masuk neraka, dia pun akhirnya mengerjakan amalan ahli neraka dan masuk neraka. Ini haditsnya:

Dari Abu ‘Abdirrahman Abdullah bin Mas’ud Ra, dia berkata, bahwa Rasulullah telah bersabda, – dan beliau adalah orang yang jujur dan dibenarkan – “Sesungguhnya setiap kalian dikumpulkan penciptaannya dalam rahim ibunya selama 40 hari berupa nutfah, kemudian menjadi ‘alaqoh (segumpal darah) selama itu juga lalu menjadi mudhghoh (segumpal daging) selama itu juga, kemudian diutuslah malaikat untuk meniupkan ruh kepadanya lalu diperintahkan untuk menuliskan 4 hal: rezeki, ajal, amal dan celaka/bahagianya. Maka demi Allah yang tiada Ilah selain-Nya, ada seseorang diantara kalian yang mengerjakan amalan ahli surga sehingga tidak ada jarak antara dirinya dan surga kecuali sehasta saja, kemudian ia didahului oleh ketetapan Allah lalu ia melakukan perbuatan ahli neraka dan ia masuk neraka. Ada diantara kalian yang mengerjakan amalan ahli neraka sehingga tidak ada lagi jarak antara dirinya dan neraka kecuali sehasta saja. kemudian ia didahului oleh ketetapan Allah lalu ia melakukan perbuatan ahli surga dan ia masuk surga.” [HR Bukhari]

Artinya kita jangan sombong dan merasa yakin akan masuk surga karena belum tentu kita bisa dapat Husnul Khotimah atau akhir yang baik. Iman itu berubah-ubah. Hati manusia pun amat mudah berubah-ubah. Karena itu kita hendaknya berdoa kepada Allah yang mampu mengubah-ubah hati manusia agar bisa mati dalam keadaan Islam. Dalam keadaan Husnul Khotimah.

يامقلب القلوب ثبت قلبي على دينك

‘Yaa Muqallibal Quluub, Tsabbit Qalbi ‘Ala Diinik’
Artinya: “Wahai Dzat yang membolak-balikkan hati, teguhkan hati kami di atas agama-Mu.”
[HR.Tirmidzi 3522, Ahmad 4/302, al-Hakim 1/525, Lihat Shohih Sunan Tirmidzi III no.2792]

ceramah2

Saat kita ada di dalam rumah dan ada 2 pilihan: Pilih mati di dalam rumah dalam keadaan Islam atau keluar rumah dan mati syahid, lebih baik kita pilih yang pasti yaitu mati di dalam rumah dalam keadaan Islam. Sebab saat hendak keluar rumah, bisa jadi hati kita berubah sehingga sebelum sampai pintu kita sudah kafir.

Jadi janganlah kita merasa sombong akan masuk surga karena mengerjakan semua kebaikan seperti sholat, puasa, zakat, dsb. Jika kita sombong meski hanya sebesar dzarah atau debu, Allah haramkan surga untuk kita. Sombong itu adalah menganggap dirinya mulia dan menganggap rendah orang lain. Iblis yang rajin beribadah bersama malaikat selama ribuan tahun, dilaknat Allah karena sombong. Saat diperintahkan Allah sujud kepada Nabi Adam, Iblis menolak dan berkata: “Ana khoiru min hu!” Aku lebih baik daripada dia!

Jangan sekali-kali kita menghina orang yang sering mengerjakan keburukan, ahli maksiat, atau orang kafir. Bisa jadi sebelum meninggal, mereka sadar dan taubat dan mengerjakan amalan ahli surga dan masuk surga. Husnul Khotimah.

Terhadap mereka, beri nasehat dengan benar dan sabar. Dengan cara yang baik sehingga mereka malah tidak menjauh dari kita. Jika mereka memusuhi Islam dengan lisan dan tangan mereka, baru kita lawan dengan tidak melampaui batas.

Di antara yang mengikis habis pahala kita adalah: Sombong, Riya (Pamer), dan suka menyakiti manusia dengan lidahnya dan perbuatannya. Misalnya suka ngomongin orang atau menghina orang:

Sabda Baginda SAW: “Tahukah kamu siapakah orang yang muflis (orang yang bangkrut)?” Para sahabat menjawab: Bagi kami orang yang muflis ialah orang yang tidak memiliki wang mahupun hartabenda”. Kemudian Rasulullah SAW bersabda lagi: Sebenarnya orang yang muflis dalam kalangan umatku ialah mereka yang pada hari Kiamat datang dengan membawa pahala amal solat, puasa, zakat & haji tetapi semasa di dunia mereka pernah mencemooh orang, menuduh tanpa bukti, memakan harta dengan zalim, membunuh & memukul sesuka hati. Kemudian pada hari kiamat, orang yang di zalimi akan menerima pahala amal si penzalim. Bila pahala amalnya telah habis (diberikan) sedangkan kesalahan & dosanya semasa di dunia kepada orang yang tidak berdosa masih banyak, maka Alllah SWT akan memberi pula dosa orang yang dizalimi itu kepadanya sehingga semakin berat bebannya, kemudian Allah SWT campakkan dia ke dalam neraka.”(al-Hadits)

Nabi Saw bersabda: Sungguh Allah menjadikan manusia atas 8 perkara, empat bagi penghuni surga dan 4 lainnya bagi penghuni neraka.

Dalam kitab Duratun Nasihin diterangkan rincian masing-masing adalah sebagai berikut :
4 perkara penghuni surga adalah:
Wajah : manis, peramah dan jauh dari cemberut
Lisan : Fasih, jelas tutur katanya, tiada berbelit-belit
Hati : lembut karena takwanya kepada Allah, selalu diwujudkan dalam perbuatan nyata dalam kehidupan sehari-hari sesuai syariat agama Islam.
Tangan: dermawan, suka memberi dan membantu yang lemah serta membelanjakan hartanya kejalan Allah dan selalu diusahakan hartnaya itu dengan jalan halal.

4 perkara penghuni Neraka
Wajah : muram, suka marah dan selalu cemberut
Lisan: berkata keji, suka berkata jijik, mungkar dan menyakitkan lawan bicaranya, suka mengadu domba, hasud, ghibah dan dusta
Hati : keras bagaikan batu karang dalam mengingkari kebenaran agama dan lazim disebut keras kepala.
Tangan : kikir lazim bila suka menggengam tangannya tiada perduli kepada kepentingan umum apalagi agama

Termasuk amalan ahlun nar (penduduk neraka) adalah sihir, durhaka kepada kedua orang tua, membunuh jiwa yang diharamkan oleh Allah untuk dibunuh tanpa haq, makan harta anak yatim, makan riba, lari dari peperangan saat bertemunya dua pasukan, menuduh zina terhadap perempuan baik-baik yang tidak berpikir berbuat keji lagi beriman.

Dijelaskan pula bahwa takdir itu ada takdir Muallaq yang bisa dirubah dengan ikhtiar, kerja keras, usaha, dan doa. Contohnya orang yang miskin karena usaha bisa jadi kaya. Ada juga takdir Mubrom yang tidak bisa dirubah atau Sunnatullah misalnya seseorang lahir dari keluarga miskin, bermata sipit, atau dari suku Afrika.

Iklan

Tinggalkan Balasan

Please log in using one of these methods to post your comment:

Logo WordPress.com

You are commenting using your WordPress.com account. Logout /  Ubah )

Foto Facebook

You are commenting using your Facebook account. Logout /  Ubah )

Connecting to %s

%d blogger menyukai ini: