Salah aliran atau guru dalam beragama, bisa mengubah orang yang baik jadi jahat. Orang yang lembut jadi kasar. Orang yang kasar/temperamental, bisa jadi pembunuh sadis.
Dia juga akan menyalahkan mayoritas Muslim sebagai sesat. Menghina jumhur ulama sebagai tidak benar. Bagaimana mungkin seorang Abu Sakkar yang sholatnya Khusyuk dan berzikir dan rajin berteriak Allahu Akbar sampai hati makan jantung manusia? Apa pun alasannya tak bisa dibenarkan karena Nabi pernah dapat perlakuan yg lebih keji tapi tetap berakhlak mulia. Yang suka makan jantung manusia justru musuh Nabi: Hindun.
Sekarang Fitnah diangggap Ibadah. Dan Ibadah dianggap Bid’ah dlolalah. Memfitnah dan menghina / mencaci dianggap lebih utama daripada zikir mengingat Allah dan membaca Al Qur’an.
“Ana Khoiru Min Hu!”. Aku lebih baik dari dia! Demikian kata Iblis kepada Allah saat Iblis membangkang perintah Allah untuk sujud kepada Adam. Tauhidnya Iblis itu tidak ada duanya. Dia sudah ribuan tahun beribadah kepada Allah. Bertemu Allah. Ngobrol dgn Allah. Iblis itu paham tidak ada sekutu bagi Allah. Iblis itu bukan seorang Musyrik. Di suruh sujud thd Adam pun tidak mau karena bagi Iblis cuma Allah saja yang lebih mulia dari dia.
Jika ada orang yang suka menuduh Muslim sbg Musyrik, sesungguhnya yang musyrik itu bukan yang dituduh. Tapi si penuduh karena dia tidak paham akan washilah. Orang yg sholat jenazah menghadap jenazah itu bukan musyrik. Orang yg menghadap kuburan dan mendoakan jenazah itu bukan musyrik. Nah ini dia tidak paham:
“Sesungguhnya yang paling aku khawatirkan atas kamu adalah seseorang yang telah membaca (menghafal) al-Qur’ân, sehingga ketika telah tampak kebagusannya terhadap al-Qur’ân dan dia menjadi pembela Islam, dia terlepas dari al-Qur’ân, membuangnya di belakang punggungnya, dan menyerang tetangganya dengan pedang dan menuduhnya musyrik”. Aku (Hudzaifah) bertanya, “Wahai nabi Allâh, siapakah yang lebih pantas disebut musyrik, penuduh atau yang dituduh?”. Beliau menjawab, “Penuduhnya”. (HR. Bukhâri dalam at-Târîkh, Abu Ya’la, Ibnu Hibbân dan al-Bazzâr. Disahihkan oleh Albani dalam ash-Shahîhah, no. 3201).
Baca selengkapnya di: http://media-islam.or.id/2012/01/19/ciri-khawarij-tak-mengamalkan-al-quran-dan-membunuh-muslim/
Hasil dari beragama yang baik adalah Akhlak yang Mulia. Itu tergambar di Nabi Muhammad SAW.
Nabi Muhammad itu menyebarkan Salam. Menyebarkan keselamatan. Mendakwahkan Islam. Andai ditolak pun sebagaimana penduduk Thaif menolak dakwah beliau, Nabi tidak membunuh mereka. Nabi memaafkan mereka. Siapa tahu keturunan penduduk Thaif itu nanti menjadi Muslim.
Saat perang Uhud, Nabi mengalami luka yang amat parah. Mulutnya terkena lembing hingga berdarah. Banyak orang mengira Nabi sudah terbunuh.
Siti ‘Aisyah yang melihat Nabi begitu menderita berkata. Ya Nabi.Sepertinya ini adalah hari terburukmu.
Nabi menjawab: “Tidak!’. Ada yang lebih buruk dari ini. Saat aku berdakwah di kota Thaif, orang2 Thaif bukan cuma menolak dakwahku. Tapi mereka menghinaku sebagai gila, majnun, tukang sihir, dan berbagai caci maki yang menyakitkan hati. Bukan itu saja. Mereka juga melempari aku dengan batu. Dari dalam kota, aku terus dilempari oleh penduduk Thaif dari anak2 hingga dewasa. Aku dilempari terus hingga akhirnya aku terusir ke luar kota Thaif.
Sampai di tempat sepi, Malaikat Jibril datang dan berkata: “Hai Muhammad. Penduduk Thaif telah bertindak zalim kepadamu. Maukah engkau jika aku menghancurkan penduduk Thaif dgn 2 gunung yang ada di situ?”
Nabi Muhammad menolak: “Jangan. Siapa tahu dari keturunan mereka akan muncuk anak2 Islam yang shaleh”.
Nabi tidak begitu saja membunuh musuh2nya yang keji seperti Abu Sofyan, Khalid bin Walid yang memeranginya hingga perang Uhud. Nabi sekedar memerangi mereka saat perang di medan perang. Bukan di saat damai.
Saat Futuh Mekkah, Nabi memaafkan mereka. Itulah akhlaq Nabi. Itu Sunnah Nabi. Itu Syariat Nabi.
Jadi jika ada sekelompok Muslim yang dgn enteng menghina jumhur ulama atau membom orang2 yang sedang berdisko, itu jauh dari sunnah Nabi. Sudahkah mereka menjelaskan dakwah Islam kepada orang2 yang akan mereka bom itu?
Di akhir zaman akan ada banyak kaum muda yang bodoh yang baru belajar agama, akhirnya menyalahkan para ulama dan orang tua. Dengan Al Qur’an dan Hadits yang sebetulnya mereka tidak paham, mereka mengajak kita berbuat kebaikan. Mengikuti Al Qur’an dan Hadits. Tapi perbuatan mereka sebetulnya amat buruk. Mereka hina mayoritas Muslim sebagai sesat, kafir, dsb. Bahkan sebagian mereka membunuh muslim dgn keji. Slogannya baik. Tapi tindakannya amatlah buruk.
“Mereka baik dalam berkata tapi jelek dalam berbuat, mengajak untuk mengamalkan kitab Allah padahal mereka tidak menjalankannya sedikitpun.” (HR. Al-Hakim)
Hadis riwayat Ali ra., ia berkata:
Aku mendengar Rasulullah saw. bersabda: Di akhir zaman akan muncul kaum yang muda usia dan lemah akal. Mereka berbicara dengan pembicaraan yang seolah-olah berasal dari manusia yang terbaik. Mereka membaca Alquran, tetapi tidak melampaui tenggorokan mereka. Mereka keluar dari agama, secepat anak panah meluncur dari busur. Apabila kalian bertemu dengan mereka, maka bunuhlah mereka, karena membunuh mereka berpahala di sisi Allah pada hari kiamat. (Shahih Muslim No.1771)
Tapi kita kan mengajak mengikuti Sunnah Nabi? Tahukah anda sunnah Nabi seperti apa? Inilah sunnah Nabi:
“Sesungguhnya telah ada pada (diri) Rasulullah itu suri teladan yang baik bagimu…” [Al Ahzab 21]
“Maka disebabkan rahmat dari Allah-lah kamu berlaku lemah lembut terhadap mereka. Sekiranya kamu bersikap keras lagi berhati kasar, tentulah mereka menjauhkan diri dari sekelilingmu. Karena itu ma’afkanlah mereka, mohonkanlah ampun bagi mereka, dan bermusyawaratlah dengan mereka dalam urusan itu…” [Ali ‘Imran 159]
Sesungguhnya tidaklah aku diutus kecuali untuk menyempurnakan akhlak yang mulia.” (HR. Al-Bukhari, Ahmad, dan Al-Hakim)
Sesungguhnya aku diutus untuk menyempurnakan akhlak yang mulia. (HR. Al Bazzaar)
Ketika Aisyah Ra ditanya tentang akhlak Rasulullah Saw, maka dia menjawab, “Akhlaknya adalah Al Qur’an.” (HR. Abu Dawud dan Muslim)
Kepada Rasulullah Saw disarankan agar mengutuk orang-orang musyrik. Tetapi beliau menjawab: “Aku tidak diutus untuk (melontarkan) kutukan, tetapi sesungguhnya aku diutus sebagai (pembawa) rahmat.” (HR. Bukhari dan Muslim)
“Dan tidaklah sama kebaikan dan kejahatan. Tolaklah (kejahatan itu) dengan cara yang lebih baik, maka tiba-tiba orang yang antaramu dan antara dia ada permusuhan seolah-olah telah menjadi teman yang sangat setia.
sifat-sifat yang baik itu tidak dianugerahkan melainkan kepada orang-orang yang sabar dan tidak dianugerahkan melainkan kepada orang-orang yang mempunyai keuntungan yang besar.” [Fushshilat 34-35]
Baca selengkapnya di: http://media-islam.or.id/2012/09/23/akhlaq-nabi-muhammad-saw/
Filed under: Khawarij |
Tinggalkan Balasan