Ada Bid’ah Hasanah dan Ada Bid’ah Dlolalah

Tulisan Al Qur'an Mushaf Usmani

Tulisan Al Qur’an Mushaf Usmani di Musium Topkapi, Turki

Ada Bid’ah Hasanah dan Ada Bid’ah Dlolalah
Sholat Tarawih berjama’ah di masjid, Maulid Nabi yg diisi dgn berbagai sunnah Nabi seperti silaturrahmi, baca Al Qur’an, Zikir, Doa, memberi makan orang miskin, Tahlilan, dsb itu adalah Bid’ah Hasanah.

Sebaliknya ngatain orang yang Maulidan dan Tahlilan sebagai bid’ah, sesat, dsb ini adalah Bid’ah Dlolalah. Ada tidak hadits Nabi bahwa Nabi pernah melarang itu dan mengatai orang yang Maulidan dan Tahlilan sbg sesat?

Bid’ah itu artinya sesuatu yang baru. Kata Benda. Yang namanya kata benda, ada yang baik, dan ada yang buruk. Bid’ah pun ada yang baik dan ada yang buruk. Kitab Al Qur’an di zaman Nabi tidak ada. Di zaman Khalifah Usman, Al Qur’an itu tidak ada tanda titik dan barisnya. Jadi Kitab Al Qur’an yang kita pakai sekarang yang lengkap dengan tanda titik dan baris itu adalah bid’ah. Nah ini bid’ah baik apa bid’ah sesat?

Jadi kalau tidak mau bid’ah, silahkan baca Al Qur’an yang tidak ada tanda titik dan baris beserta nomor2 Al Qur’annya. Mau?

Ente juga bid’ah sebetulnya. Zaman Nabi tidak ada. Kira2 ente itu bid’ah yang baik apa bid’ah yang sesat? Salah satu Asma Allah adalah Al Badi’ (Yang Maha Pencipta). Nah masa ciptaan Allah / Bid’ah itu sesat semua?

Barangsiapa membuat satu sunnah yg baik, kemudian sunnah tersebut dikerjakan, maka ia akan mendapatkan pahalanya & pahala orang yg mengikutinya tanpa mengurangi pahala mereka sedikitpun. Dan barangsiapa membuat satu sunnah yg buruk kemudian sunnah tersebut dikerjakan, maka ia akan mendapatkan dosanya & dosa orang yg mengikutinya tanpa mengurangi dari dosa mereka sedikitpun. [HR. Ibnu Majah No.199].

Barangsiapa membuat sunnah yg baik, kemudian sunnah itu menjadi teladan, maka ia akan mendapatkan pahala amalnya secara sempurna berserta pahala orang yg mengikutinya tanpa mengurangi pahala mereka sedikitpun. Dan barangsiapa membuat sunnah yg buruk, kemudian sunnah itu menjadi teladan, maka ia akan mendapatkan dosa dari perbuatannya secara sempurna beserta dosa orang yg mengikutinya tanpa mengurangi dosa mereka sedikitpun. [HR. Ibnu Majah No.200].

Siapasaja menyeru pada kesesatan, kemudian seruannya diikuti oleh orang lain, maka ia akan mendapatkan dosa orang yg mengikutinya tanpa mengurangi dari dosa mereka. Dan siapasaja menyeru pada petunjuk, kemudian seruannya diikuti oleh orang lain, maka ia akan mendapatkan pahala orang yg mengikutinya tanpa mengurangi dari pahala mereka sedikitpun. [HR. Ibnu Majah No.201].

Barangsiapa mengajak kepada petunjuk, maka baginya pahala seperti pahala orang yg mengikutinya tanpa mengurangi pahala mereka sedikitpun. Barangsiapa mengajak kepada kesesatan maka baginya dosa seperti dosa yg mengikutinya tanpa mengurangi dosa mereka sedikitpun. [HR. Ibnu Majah No.202].

Barangsiapa membuat sunnah kebaikan kemudian dikerjakan oleh orang setelahnya, maka ia akan mendapatkan seperti pahala mereka tanpa mengurangi pahala mereka sedikitpun. Dan barangsiapa membuat satu sunnah jelek, kemudian dikerjakan oleh orang setelahnya, maka dia akan menanggung seperti dosa orang yg mengikutinya tanpa mengurangi dosa mereka sedikitpun. [HR. Ibnu Majah No.203].

Dari Abdurrahman bin Abdul Qori yang menjelaskan: “Pada salah satu malam di bulan Ramadhan, aku berjalan bersama Umar (bin Khattab). Kami melihat orang-orang nampak sendiri-sendiri dan berpencar-pencar. Mereka melakukan shalat ada yang sendiri-sendiri ataupun dengan kelompoknya masing-masing. Lantas Umar berkata: “Menurutku alangkah baiknya jika mereka mengikuti satu imam (untuk berjamaah)”. Lantas ia memerintahkan agar orang-orang itu melakukan shalat dibelakang Ubay bin Ka’ab. Malam berikutnya, kami kembali datang ke masjid. Kami melihat orang-orang melakukan shalat sunnah malam Ramadhan (tarawih) dengan berjamaah. Melihat hal itu lantas Umar mengatakan: “Inilah sebaik-baik bid’ah!” ((ni’mal bid’ah hadzihi))” (Shahih Bukhari jilid 2 halaman 252, yang juga terdapat dalam kitab al-Muwattha’ karya Imam Malik halaman 73).

Di situ Umar ra menyatakan di depan para sahabat bahwa ada Bid’ah yang baik! Ada bid’ah hasanah. Jadi keliru sekali jika menganggap tidak ada bid’ah hasanah. Semua bid’ah sesat dan masuk neraka.

Bidah Hasanah

“Dari Zaid bin Tsabit r.a. bahwa ia berkata: “Abu Bakar mengirimkan berita kepadaku tentang korban pertempuran Yamamah, setelah orang yang hafal Al-Qur’an sejumlah 70 orang gugur. Kala itu Umar berada di samping Abu Bakar. Kemudian Abu Bakar mengatakan “Umar telah datang kepadaku dan ia mengatakan: “Sesungguhnya pertumpahan darah pada pertempuran Yamamah banyak mengancam terhadap para penghafal Al-Qur’an. Aku khawatir kalau pembunuhan terhadap para penghafal Al-Qur’an terus-menerus terjadi di setiap pertempuran, akan mengakibatkan banyak Al-Qur’an yang hilang. Saya berpendapat agar anda memerintahkan seseorang untuk mengumpulkan Al-Qur’an”. Aku (Abu Bakar) menjawab: “Bagaimana aku harus melakukan suatu perbuatan sedang Rasul SAW tidak pernah melakukannya?”. Umar r.a. menjawab: “Demi Allah perbuatan tersebut adalah baik”. Dan ia berulangkali mengucapkannya sehingga Allah melapangkan dadaku sebagaimana ia melapangkan dada Umar. Dalam hal itu aku sependapat dengan pendapat Umar.

Zaid berkata: Abu Bakar mengatakan: “Anda adalah seorang pemuda yang tangkas, aku tidak meragukan kemampuan anda. Anda adalah penulis wahyu dari Rasulullah SAW. Oleh karena itu telitilah Al-Our’an dan kumpulkanlah….!” Zaid menjawab: “Demi Allah andaikata aku dibebani tugas untuk memindahkan gunung tidaklah akan berat bagiku jika dibandingkan dengan tugas yang dibebankan kepadaku ini”.

Saya mengatakan: “Bagaimana anda berdua akan melakukan pekerjaan yang tidak pernah dilakukan oleh Rasululah SAW?”. Abu Bakar menjawab: “Demi Allah hal ini adalah baik”, dan ia mengulanginya berulangkali sampai aku dilapangkan dada oleh Allah SWT sebagaimana ia telah melapangkan dada Abu Bakar dan Umar.

Selanjutnya aku meneliti dan mengumpulkan Al-Qur’an dari kepingan batu, pelepah kurma dan dari sahabat-sahabat yang hafal Al-Qur’an, sampai akhirnya aku mendapatkan akhir surat At-Taubah dari Abu Khuzaimah Al-Anshary yang tidak terdapat pada lainnya (yaitu):

Sesungguhnya telah datang kepadamu seorang Rasul dari kaummu sendiri, berat baginya apa yang kamu rasakan, ia sangat menginginkan (keimanan dan keselamatan) bagimu, amat belas kasihan lagi penyayang terhadap orang-orang mukmin. Jika mereka berpaling (dari keimanan) maka katakanlah: Cukuplah Allah bagiku, tidak ada Tuhan selain Dia. Hanya kepada-Nya aku bertawakkal dan Dia adalah Tuhan yang memiliki ‘Arsy yang agung. (At-Taubah: 128-129). [HR Bukhari]

Di hadits di atas, Abu Bakar ra, Umar bin Khoththob ra, dan Zaid bin Tsabit ra sepakat bahwa pembukuan Al Qur’an itu adalah bid’ah. Tidak pernah dilakukan di zaman Nabi. Namun mereka kemudian yakin itu adalah Bid’ah yang baik. Bid’ah Hasanah!

Iklan

Tinggalkan Balasan

Please log in using one of these methods to post your comment:

Logo WordPress.com

You are commenting using your WordPress.com account. Logout /  Ubah )

Gambar Twitter

You are commenting using your Twitter account. Logout /  Ubah )

Foto Facebook

You are commenting using your Facebook account. Logout /  Ubah )

Connecting to %s

%d blogger menyukai ini: