Memuliakan Guru Agar Ilmu Bermanfaat

Habib-Hud

Dari Kitab “Ta’lim Muta’allim” yang penting dipelajari sebelum kita berguru. Di antaranya adalah memuliakan guru agar ilmu kita bermanfaat. Sebab lewat perantaraan / washilah guru lah ilmu tsb bisa sampai ke kita. Ada adab2 memuliakan guru yang harus kita pelajari. Memuliakan guru sama dengan memuliakan ilmu.

Tanpa ilmu, semua amal ditolak oleh Allah. Tanpa ilmu juga aqidah kita mudah goyah. Jadi kita harus memuliakan ilmu. Kita harus memuliakan guru.

Saat ada kotak amal diedarkan, isilah semampunya. Jika berlebih, setiap bulan berilah guru anda amplop dengan uang Rp 50 ribu atau lebih. Sehingga guru anda bisa fokus mengajar dan menuntut ilmu.

MENGAGUNGKAN ILMU DAN AHLI ILMU

Mengagungkan ilmu
Penting diketahui, Seorang pelajar tidak akan memperoleh kesuksesan ilmu dan tidak pula ilmunya dapat bermanfaat, selain jika mau mengagungkan ilmu itu sendiri, ahli ilmu, dan menghormati keagungan gurunya.

Ada dikatakan : “Dapatnya orang mencapai sesuatu hanya karena mengagungkan sesuatu itu, dan gagalnya pula karena tidak mau mengagungkannya. “Tidaklah anda telah tahu, manusia tidak menjadi kafir karena maksiatnya, tapi jadi kafir lantaran tidak mengagungkan Allah.

Mengagungkan Guru

Termasuk arti mengagungkan ilmu, yaitu menghormati pada sang guru. Ali ra berkata: “Sayalah menjadi hamba sahaya orang yang telah mengajariku satu huruf. Terserah padanya, saya mau dijual, di merdekakan ataupun tetap menjadi hambanya.”

Dalam masalah ini saya kemukakan Syi’irnya:
Keyakinanku tentang haq guru, hak paling hak adalah itu
Paling wajib di pelihara, oleh muslim seluruhnya
demi memulyakan, hadiah berhak di haturkan
seharga dirham seribu, tuk mengajar huruf yang Satu
Memang benar, orang yang mengajarmu satu huruf ilmu yang diperlukan dalam urusan agamamu, adalah bapak dalam kehidupan agamamu.

Guru kita Syaikhul Imam Sadiduddin Asy-Syairaziy berkata : Guru-guru kami berucap : “bagi orang yang ingin putranya alim, hendaklah suka memelihara, memulyakan, mengagungkan, dan menghaturkan hadiah kepada kaum ahli agama yang tengah dalam pengembaraan ilmiyahnya. Kalau toh ternyata bukan putranya yang alim, maka cucunyalah nanti.”

Termasuk arti menghormati guru, yaitu jangan berjalan di depannya, duduk di tempatnya, memulai mengajak bicara kecuali atas perkenan darinya, berbicara macam-macam darinya, dan menanyakan hal-hal yang membosankannya, cukuplah dengan sabar menanti diluar hingga ia sendiri yang keluar dari rumah.

Iklan

Tinggalkan Balasan

Please log in using one of these methods to post your comment:

Logo WordPress.com

You are commenting using your WordPress.com account. Logout /  Ubah )

Foto Facebook

You are commenting using your Facebook account. Logout /  Ubah )

Connecting to %s

%d blogger menyukai ini: