Ada orang yang berkata: “Ngapain sih berbeda-beda? Kembali saja ke Al Qur’an dan Hadits. Past bersatu. Beres!”
Orang yang ngomong begitu biasanya “Newbie” dalam hal agama atau baru belajar ngaji. Belum khatam dan paham Al Qur’an dan Hadits. Minimal Shahih Bukhari, Shahih Muslim, dan Bulughul Marom. Justru dalam mentafsirkan Al Qur’an dan Hadits itulah orang jadi beda pendapat atau penafsiran. Contoh ayat “Tangan Allah di atas tangan mereka” [Al Fath 10]. Orang yang menafsirkan dengan cara harfiah dengan yang majazi/kiasan tentu beda tafsirnya. Kalau harfiyah tentu mengira tangan Allah ada di atas tangan mereka. Yang majazi menyatakan mereka itu berjanji dengan Allah. Karena berjanji itu dengan cara meletakkan tangan seseorang di atas tangan lainnya. Untuk itu kita perlu mengikuti Ijma’ (kesepakatan) Ulama agar tidak sesat. Karena Allah berfirman Fas’alu Ahli Zikri (Tanya Ulama), Cuma Ulama yg bisa memahami perumpamaan2 Al Qur’an, Tidaklah sama Ulama dgn orang awam. Ulama itu lebih tinggi derajadnya dari orang awam. Itu semua ada dalil Al Qur’annya.
Ayat “Menyentuh Perempuan” yang membatalkan wudlu [Al Maa’idah 6] para ulama juga berbeda pendapat. Imam Syafi’ie menganggap jika menyentuh wanita wudlu batal. Sementara Imam Madzhab yang lain tidak. Imam yang lain, berdasarkan hadits menyatakan bahwa yang batal itu jika menyentuh dengan nafsu. Yang lain berpendapat jika kedua alat khitan bertemu. Jadi meski pegangannya Al Qur’an dan Hadits, penafsirannya bisa berbeda-beda.
Hadits pun isinya berbeda-beda. Ada hadits yang menyatakan bismillah pada sholat dibaca dengan suara keras. Ada pula dengan suara pelan. Lihat isi hadits ini berbeda-beda bukan?
Nu’aim al-Mujmir berkata: Aku pernah sembahyang di belakang Abu Hurairah r.a. Dia membaca (bismillaahirrahmaanirrahiim), kemudian membaca al-fatihah, sehingga setelah membaca (waladldlolliin) dia membaca: Amin. Setiap sujud dan ketika bangun dari duduk selalu membaca Allaahu Akbar. Setelah salam dia mengatakan: Demi jiwaku yang ada di tangan-Nya, sungguh aku adalah orang yang paling mirip sholatnya dengan Rasulullah Shallallaahu ‘alaihi wa Sallam Riwayat Nasa’i dan Ibnu Khuzaimah.
Dari Anas Ra bahwa Nabi SAW, Abu Bakar dan Umar memulai sholat dengan (membaca) alhamdulillaahi rabbil ‘alamiin. Muttafaq Alaihi.
Muslim menambahkan: Mereka tidak membaca bismillaahirrahmaanirrahiim baik pada awal bacaan maupun akhirnya.
Kemudian coba perhatikan ayat Al Qur’an ini:
“Dan apabila hamba-hamba-Ku bertanya kepadamu tentang Aku, maka (jawablah), bahwasanya Aku adalah dekat.” [Al Baqarah 186]
“Kami lebih dekat kepadanya daripada urat lehernya” [Qaaf 16]
Di situ dijelaskan Allah itu dekat. Bagaimana dengan ayat di bawah?
“”Sesungguhnya Tuhan kamu ialah Allah yang telah menciptakan langit dan bumi dalam enam masa, lalu Dia bersemayam di atas ‘Arsy” [Al A’raaf 54]
Dari ayat di atas, ada sekelompok orang menafsirkan Allah ada di atas langit meski menurut Ahlus Sunnah Wal Jama’ah, Allah itu tidak memerlukan tempat. Allah itu ada sebelum bumi dan langit diciptakan. Keadaan Allah tidak berubah setelah bumi dan langit diciptakan. Begitu pula saat bumi dan langit dihancurkan.
Bagaimana dengan ayat ini?
“..Dia bersama kamu di mana saja kamu berada..” [Al Hadiid 4]
Filed under: Uncategorized |
Tinggalkan Balasan