Pancasila itu ibarat Piagam Madinah atau Perjanjian Hudaibiyyah. Merupakan kontrak kerjasama guna hidup rukun dan damai bagi seluruh rakyat Indonesia yang berbeda agama dan alirannya.
Ummat Islam sudah punya Al Qur’an. Toh Nabi menanda-tangani Piagam Madinah agar semua penduduk Madinah yang saat itu terdiri dari Muslim, Yahudi, dan non Muslim lain bisa hidup rukun dan damai. Begitu pula dengan Perjanjian Hudaibiyyah di mana kata Muhammad Rasulullah diganti dgn Muhammad saja karena kaum kafir tidak setuju. Nabi sendiri yang menghapus kata Rasulullah agar mereka bisa hidup rukun.
Apakah semua itu bertentangan dengan Al Qur’an dan Hadits? Bagaimana bertentangan wong Nabi sendiri yang melakukan.
Begitu pula Pancasila itu hasil optimal perjuangan pewaris Nabi: ulama dalam rangka hidup rukun bersama dgn seluruh rakyat Indonesia yang selain Islam beragama Hindu, Budha, Kristen, Katolik, dsb. Masak kita memaksakan mereka memakai Al Qur’an sebagai dasar negara Indonesia.
La ikroha fid Diin. Tak ada paksaan dalam beragama. Lakum diinukum wa liya diin. Bagimu agamamu dan bagiku agamaku.
Bahkan Islam pun mau Islam versi yang mana? Syi’ah meski menurut 552 ulama dari 84 negara (Syekh Al Buthi, KH Hasyim Muzadi, Syekh Ali Jum’ah dsb) adalah Islam, bagi Wahabi seperti Abu Jibril, Farid Okbah, Bachtiar Nasir, Rodja, dsb bukan Islam. Kemudian ada lagi Sufi, Aswaja (NU), Muhammadiyah, Persis, HTI, DDII, Tarbiyah/PKS, Wahabi, dsb.
Wahabi pun terdiri dari Salafi Wahabi yang pro Raja Arab Saudi, Sururi, Turots, Salafi Jihadi, dsb. Bahkan Salafi Jihadi pun terbagi lagi jadi Al Qaidah, ISIS, dsb yang bisa saling mengkafirkan dan saling bunuh satu sama lain.
Jadi Islam mana yang mau dipakai saat kalian menganggap kami yang mengaku muslim, masih sholat dan baca Al Qur’an, sebagai bukan Islam?
Cukuplah Al Qur’an sebagai pedoman hidup kita sebagai Muslim. Syariah itu banyak Selain Rukun Islam, ada juga senyum, sedekah, husnu zhon, menyayangi sesama muslim dan manusia, tidak sombong, dsb yang harus kita terapkan.
Islam dilaksanakan dengan cara yang baik. Bukan dengan cara merusak. Jangan sampai Indonesia yang aman dan damai ini dgn dalih penegakkan Syariah Islam / Khilafah akhirnya jadi hancur karena peperangan seperti di Afghanistan, Libya, Suriah, Iraq, Yaman, dsb.
Khilafah Tak Bisa Ditegakkan dengan Cara Bughot/Haram!
https://kabarislamia.com/2013/06/05/khilafah-tak-bisa-ditegakkan-dengan-cara-bughotharam/
Dalam belajar Islam kita harus menyeluruh. Harus dgn banyak guru. Selain di pengajian Aswaja seperti dgn KH Ali Yafie, pernah juga saya belajar Islam di Universitas Muhammadiyyah, LDII, baca banyak tulisan HTI, buku Sayyid Quthub, Abu A’la Al Maududi, dsb. Dekat juga dgn banyak orang2 Ikhwan.
Setelah tahu yang saya pelajari sesat (mis: LDII), ya saya stop ngajinya, ngaji di pengajian Aswaja yang menurut saya benar.
Selain khatam Al Qur’an dan juga berbagai terjemahan (bukan cuma 1 versi), juga khatam Sahih Bukhari, Sahih Muslim, Bulughul Marom, dan juga berbagai Al Qur’an dan Hadits Digital. Saya baca juga Tarikh Sejarah Nabi Muhammad berbagai versi. Ada yang sekitar 1 meter tebalnya. Kemudian juga Kitab Ihya’ ‘Uluumuddiin.
Dengan belajar pada banyak guru dan juga banyak membaca kitab dari Al Qur’an, Hadits, dsb, kita wawasannya jadi luas. Tidak mudah dibohongi / fanatik golongan. Apalagi juga membaca berbagai berita dari berbagai sumber.
Yang saya baca bukan cuma media Wahabi, Aswaja, Syi’ah, Nasional Sekuler, dan Internasional juga saya baca. Dari situ saya bisa menakar “Irisan Berita” dari berbagai sumber berita yang berbeda, kemungkinan benar. Mutawattir. Mustahil mereka sepakat berdusta. Meski dgn cara ini beberapa kali saya sempat tertipu berita yang tidak benar. Tapi alhamdulilah saya segera menyadarinya.
Jangan ngomongnya Al Qur’an Hadits tapi menghina ulama. Al Qur’an Hadits, tapi malah mengkafirkan dan membunuh Muslim serta menghancurkan negara.
Rasulullah saw. bersabda: Sesungguhnya diantara ummatku ada orang-orang yang membaca Alquran tapi tidak melampaui tenggorokan mereka. Mereka membunuh orang Islam dan membiarkan penyembah berhala. Mereka keluar dari Islam secepat anak panah melesat dari busurnya. Sungguh, jika aku mendapati mereka, pasti aku akan bunuh mereka seperti terbunuhnya kaum Aad. (Shahih Muslim No.1762)
Hadis riwayat Ali ra., ia berkata:
Aku mendengar Rasulullah saw. bersabda: Di akhir zaman akan muncul kaum yang muda usia dan lemah akal. Mereka berbicara dengan pembicaraan yang seolah-olah berasal dari manusia yang terbaik. Mereka membaca Alquran, tetapi tidak melampaui tenggorokan mereka. Mereka keluar dari agama, secepat anak panah meluncur dari busur. Apabila kalian bertemu dengan mereka, maka bunuhlah mereka, karena membunuh mereka berpahala di sisi Allah pada hari kiamat. (Shahih Muslim No.1771)
“Mereka baik dalam berkata tapi jelek dalam berbuat, mengajak untuk mengamalkan kitab Allah padahal mereka tidak menjalankannya sedikitpun.” (HR. Al-Hakim)
Berbagai ayat Al Qur’an dan Hadits mereka pakai, namun kesimpulan lain yang mereka dapat dan amalkan. Berbagai larangan Allah dalam Al Qur’an seperti Su’u Zhon (Buruk Sangka), Mengolok-olok sesama, Mengkafirkan sesama Muslim, dan membunuh sesama Muslim. Berbagai caci-maki terhadap sesama Muslim seperti Ahlul Bid’ah, Sesat, Kafir dan sebagainya terlontar dari mulut mereka.
Kaum Muda / ABG yang paling mudah tertipu slogan Al Qur’an dan Hadits. Ujung2nya menghina ulama sebagai munafiq, sesat, dsb sebab ilmu dan pengalaman mereka masih rendah.
Baca selengkapnya di: http://media-islam.or.id/2012/01/19/ciri-khawarij-tak-mengamalkan-al-quran-dan-membunuh-muslim/
Filed under: Akhir Zaman | Tagged: damai, Piagam Madinah |
Tinggalkan Balasan