Abu Gosok: Ini Tidak Ada Haditsnya?

Abu Gosok: “Ini tidak ada hadtsnya”.
Faqir: “Memang jumlah hadits yang kamu kuasai berapa? 500.000?”
Abu Gosok: “Tidak”
Faqir: “50.000 hadits?”
Abu Gosok: “Tidak”
Faqir: “Nah bisa jadi itu ada di 450.000 hadits yang tidak kamu ketahui. Lagi pula tidak semua ilmu dari Nabi mengalir lewat ulama tertulis dalam hadits yang catatan dokumentasi jalur periwayatnya begitu rapi. Ada yang sekedar dari mulut ke mulut dari Nabi ke para ulama dari jalur sahabat hingga kita sekarang”

Karena itu Nabi berkata diangkatnya ilmu oleh Allah itu bukan karena ilmunya hilang. Tapi karna ulama yang menguasai ilmu tsb wafat. Ini ada haditsnya. Cari saja sendiri.

Imam Ahmad bin Hanbal sendiri berkata: Untuk jadi Mujtahid selain Hafal Al Qur’an harus menguasai minimal 500.000 hadits. Imam Malik selain menguasai hadits juga punya 900 guru dari kalangan Tabi’in (anak sahabat Nabi) dan Tabi’it Tabi’in (cucu sahabat Nabi). Dia dapat ilmu dari Ahli Madinah yang belum tentu 50% ilmu tsb tertuang di hadits. Contoh, berapa banyak sih perkataan kakek atau bapak anda yang anda tulis untuk anda sampaikan ke anak cucu anda?

Jadi beragama juga harus pakai akal. Ikuti ulama selaku pewaris Nabi. Jangan berlagak jadi Mujtahid dgn bilang: “ini tidak ada haditsnya” padahal anda tidak menguasai 500.000 hadits. Modal cuma belajar dari internet… 🙂

Andai tahu Al Qur’an dan Hadits pun bisa jadi sekedar keledai yang membawa kitab. Atau kaum muda yang Al Qur’an dan Hadits cuma di kerongkongan. Tidak paham dan tidak diamalkan. Kurang adab dan akhlak.

Hadis riwayat Ali ra., ia berkata:
Aku mendengar Rasulullah saw. bersabda: Di akhir zaman akan muncul kaum yang muda usia dan lemah akal. Mereka berbicara dengan pembicaraan yang seolah-olah berasal dari manusia yang terbaik. Mereka membaca Alquran, tetapi tidak melampaui tenggorokan mereka. Mereka keluar dari agama, secepat anak panah meluncur dari busur. Apabila kalian bertemu dengan mereka, maka bunuhlah mereka, karena membunuh mereka berpahala di sisi Allah pada hari kiamat. (Shahih Muslim No.1771)

“Akan keluar di akhir zaman suatu kaum yang usia mereka masih muda, dan bodoh, mereka mengatakan sebaik‑baiknya perkataan manusia, membaca Al Qur’an tidak sampai kecuali pada kerongkongan mereka. Mereka keluar dari din (agama Islam) sebagaimana anak panah keluar dan busurnya.” (HR. Bukhari dan Muslim)

Baca selengkapnya di: http://media-islam.or.id/2012/01/19/ciri-khawarij-tak-mengamalkan-al-quran-dan-membunuh-muslim/

Beda antara Ulama pewaris Nabi dgn orang awam. Ibaratnya Ilmuwan Nuklir dgn gelandangan itu beda ilmunya. Tak bisa disamakan.

Firman Allah:

“…Bertanyalah kepada Ahli Zikir (Ulama) jika kamu tidak mengetahui” [An Nahl 43]

Allah meninggikan ulama dibanding orang2 awam. Pemahaman Ulama terhadap Al Qur’an dan Hadits atau masalah, itu lebih baik daripada pemahaman orang-orang awam:

” ….Allah akan meninggikan orang-orang yang beriman di antaramu dan orang-orang yang diberi ilmu pengetahuan beberapa derajat. Dan, Allah Maha Mengetahui apa yang kamu kerjakan.” (QS Al Mujaadilah [58] : 11)

Katakanlah: “Adakah sama orang-orang yang mengetahui dengan orang-orang yang tidak mengetahui?” Sesungguhnya orang yang berakallah yang dapat menerima pelajaran. Az-Zumar [39]: 9).

„Adakah sama antara orang-orang yang mengetahui dengan orang-orang yang tidak mengetahui? (Az-Zumar:9)

Baca selengkapnya di: http://media-islam.or.id/2013/05/27/menghormati-dan-mengikuti-ulama-pewaris-nabi/

Jadi orang2 awam harus tahu diri. Jangan merasa lebih jago atau lebih pintar dari ulama. Jika merasa lebih pintar dari jumhur ulama, berarti dia ingkar Al Qur’an. Ingkar Allah.

Allah juga menyatakan bahwa hanya dengan ilmu orang bisa memahami perumpamaan yang diberikan Allah untuk manusia.

“Dan perumpamaan-perumpamaan ini Kami buatkan untuk manusia, dan tiada memahaminya kecuali orang-orang yang berilmu” (Al ‘Ankabut:43)

Ada perumpamaan2 di Al Qur’an yang cuma dipahami ulama. Contoh ayat Tangan Allah di atas tangan mereka, orang yang tidak berilmu langsung menyatakan apa adanya oh tangan Allah ada di atas tangan mereka. Orang yang berilmu paham itu cuma kiasan/majaz yang artinya kekuasaan / kekuatan Allah melebihi mereka. Orang yg tidak berilmu dgn terjemahan apa adanya akan berkesimpulan Allah punya tangan, kaki, wajah, dsb. Akhirnya pahamnya jadi Mujassimah.

Ini sama halnya dengan tangan besi atau ringan tangan. Orang2 awam yang tidak ngerti gaya bahasa akan mengira tangannya terbuat dari besi. Mana ada orang kayak begitu kecuali robot atau android? Maksudnya bersikap keras Ringan Tangan juga artinya rajin membantu. Bukan tangannya enteng sekali.

Makanya ilmu itu harus ada sebelum amal. Tanpa ilmu, amal ditolak. Itulah sebabnya kenapa kita harus ikut ulama pewaris Nabi. Bukan petantang-petenteng bilang ulama anu kafir, munafik, dsb dgn terjemah Al Qur’an an Hadits ala kadarnya.

Yang harus diingat adalah perintah zikir dan doa ada di dalam Al Qur’an. Zikir sebanyak2nya. Jadi bebas kapan saja selain tempat2 dan waktu yang dilarang. Selain itu boleh. Bukan bid’ah karena zikir dan doa ada di dalam Al Qur’an. Kalau ngaji di WC, baru boleh kita larang.

Iklan

Tinggalkan Balasan

Please log in using one of these methods to post your comment:

Logo WordPress.com

You are commenting using your WordPress.com account. Logout /  Ubah )

Gambar Twitter

You are commenting using your Twitter account. Logout /  Ubah )

Foto Facebook

You are commenting using your Facebook account. Logout /  Ubah )

Connecting to %s

%d blogger menyukai ini: