Prihatin juga melihat seorang Blogger/Penulis merasa lebih hebat daripada seorang ulama sepuh. Hampir 1000 orang pula yang me-like statusnya.
Padahal Allah meninggikan derajat ulama di atas orang2 biasa:
Katakanlah: “Adakah sama orang-orang yang mengetahui dengan orang-orang yang tidak mengetahui?” Sesungguhnya orang yang berakallah yang dapat menerima pelajaran. Az-Zumar [39]: 9).
“Sesungguhnya yang takut kepada Allah di antara hamba-hamba-Nya, hanyalah ulama”. (TQS.Fathir [35]: 28)
„Adakah sama antara orang-orang yang mengetahui dengan orang-orang yang tidak mengetahui? (Az-Zumar:9)
“Allah akan meninggikan orang-orang yang beriman diantaramu dan orang-orang yang diberi ilmu pengetahuan beberapa derajat.” (Al-Mujadilah:11)
Nabi Muhammad SAW juga sangat menghargai orang yang berilmu.
“Ulama adalah pewaris para Nabi” Begitu sabdanya seperti yang dimuat di HR Abu Dawud.
Bahkan Nabi tidak tanggung2 lebih menghargai seorang ilmuwan daripada satu kabilah. “Sesungguhnya matinya satu kabilah itu lebih ringan daripada matinya seorang ‘alim.” (HR Thabrani)
Duduk bersama para ulama adalah ibadah. (HR. Ad-Dailami)
Termasuk mengagungkan Allah ialah menghormati (memuliakan) ilmu, para ulama, orang tua yang muslim dan para pengemban Al Qur’an dan ahlinya[1], serta penguasa yang adil. (HR. Abu Dawud dan Aththusi)
Jangan merendahkan ulama:
Janganlah kalian menuntut ilmu untuk membanggakannya terhadap para ulama dan untuk diperdebatkan di kalangan orang-orang bodoh dan buruk perangainya. Jangan pula menuntut ilmu untuk penampilan dalam majelis (pertemuan atau rapat) dan untuk menarik perhatian orang-orang kepadamu. Barangsiapa seperti itu maka baginya neraka … neraka. (HR. Tirmidzi dan Ibnu Majah)
http://mediaislamraya.blogspot.com/2013/05/menghormati-dan-mengikuti-ulama-pewaris.html
Ulama itu mempelajari banyak ilmu agama. Mereka belajar Nahu, Sharaf, Balaghah, Makhroj, Tajwid, Tahsin, Tafsir, Al Qur’an, Hadits, Ilmu Rijalul Hadits, dsb. Bahkan saat ikut Tahsin Al Qur’an dengan metode “nguping”, saya kaget juga ternyata banyak ilmu2 yg belum saya pelajari. Dan di Qiro’ah pun ada juga Imam2 Qiro’ah sebagaimana Imam Mazhab dan Imam Hadits. Para Ulama mempelajari itu semua. Sedang kita tidak.
Jika ada 2-3 Ulama dengan level yang sama turut mengkritik Ulama tsb, bolehlah kita ikutan mengkritik. Tapi jika tidak, jangan. Khawatirnya nanti mukanya terjerembab di neraka…
Ini penjelasan pak Quraisy Shihab. Orang awam biasanya cuma paham sepotong2 saja. Intinya pak Quraisy sepakat sebagaimana surat Al Kautsar, Allah telah menjanjikan surga kepada Nabi Muhammad SAW.
Namun beliau juga memaparkan hadits dari BUKHARI DAN MUSLIM (yg dibilang HADITS SYI’AH oleh pemfitnah beliau) di mana Nabi berkata: “Amal seseorang tidak dapat menyelamatkannya.” Seorang sahabat lantas bertanya tentang sabda tersebut, “Termasuk engkau juga, ya Rasulullah?” Rasulullah lalu menjawab, “Ya, aku juga, KECUALI aku dikarunia Allah dengan rahmat-Nya.
Nah dgn RAHMAT ALLAH itulah Nabi mendapat jaminan Surga.
Alhamdulillah banyak teman2 saya yang puluhan tahun belajar Islam di pesantren2 dan sekarang di Universitas Al Azhar Kairo memahami benar ucapan KH Quraisy Shihab tsb. Mereka belajar Islam itu lebih dari 5 jam SETIAP HARI.
Cuma banyak orang2 awam yang cuma belajar ngaji “KUPING” (seperti saya) seminggu sekali berani memvonis sesat KH Quraisy Shihab. Padahal mereka sebetulnya tidak paham. Mereka cuma mengandalkan Fitnah belaka tanpa berusaha tabayyun kepada Ulama tsb.
Pak Quraisy sekedar memaparkan hadits dari BUKHARI DAN MUSLIM. Jika 2 Imam Hadits ini sepakat, biasanya benar. Tak bisa ditolak begitu saja:
Nabi: Amal seseorang tidak dapat menyelamatkannya. Seorang sahabat lantas bertanya tentang sabda tersebut, “Termasuk engkau juga, ya Rasulullah?” Rasulullah lalu menjawab, “Ya, aku juga, KECUALI aku dikarunia Allah dengan rahmat-Nya. Walaupun demikian kamu harus berbuat yang benar (baik).” (HR. Bukhari dan Muslim) – ORANG AWAM TAK MELIHAT PENJELASAN “KECUALI” TSB.
Quraisy Shihab: Saya jelaskan juga di TV episode yang sama bahwa Allah menjamin dengan sumpah-Nya bahwa Rasulullah SAW akan diberikan anugerah-Nya sampai beliau puas, yang kita pahami sebagai Surga dan apapun yang Beliau kehendaki. Wa la sawfa yu’thika rabbuka fa tharda.
https://m.facebook.com/story.php?story_fbid=10152540520191224&id=69372446223&refid=17&ref=stream
Janganlah kalian menuntut ilmu untuk membanggakannya terhadap para ulama dan untuk diperdebatkan di kalangan orang-orang bodoh dan buruk perangainya. Jangan pula menuntut ilmu untuk penampilan dalam majelis (pertemuan atau rapat) dan untuk menarik perhatian orang-orang kepadamu. Barangsiapa seperti itu maka baginya neraka … neraka. (HR. Tirmidzi dan Ibnu Majah)
http://mediaislamraya.blogspot.com/2013/05/menghormati-dan-mengikuti-ulama-pewaris.html
Ummat Islam itu bersifat pertengahan. Tidak terlalu keras. Tidak pula terlalu lembek.
Untuk Ahmadiyah dgn Nabi barunya Ghulam Ahmad sesuai Fatwa MUI ini sudah sesat. Keluar dari Islam. Begitu pula dgn Islam Liberal yg menolak hukum Allah dan menganggap semua agama benar. Syi’ah Ghulat yg menTuhankan Ali itu kafir. Syi’ah Rafidhoh yg menghina istri Nabi, Siti A’isyah, Khalifah Abu Bakar ra, Khalifah Umar ra, dsb itu sesat. Ini sudah jelas.
Meski pun demikian, thd yang lain harus hati2. Kita tidak boleh mengkafirkan / menuduh sesat Ulama Besar yang pernah jadi Ketua MUI (Majelis Ulama Indonesia).
Seandainya tuduhan kita benar, apa manfaatnya bagi kita?
Sebaliknya, jika tuduhan kita salah, maka label sesat/kafir itu akan berbalik pada diri kita. Jadi harus hati2.
Mudah2an ayat2 Al Qur’an dan Hadits di bawah bermanfaat bagi kita:
“Sesungguhnya yang paling aku khawatirkan atas kamu adalah seseorang yang telah membaca (menghafal) al-Qur’ân, sehingga ketika telah tampak kebagusannya terhadap al-Qur’ân dan dia menjadi pembela Islam, dia terlepas dari al-Qur’ân, membuangnya di belakang punggungnya, dan menyerang tetangganya dengan pedang dan menuduhnya musyrik”. Aku (Hudzaifah) bertanya, “Wahai nabi Allâh, siapakah yang lebih pantas disebut musyrik, penuduh atau yang dituduh?”. Beliau menjawab, “Penuduhnya”. (HR. Bukhâri dalam at-Târîkh, Abu Ya’la, Ibnu Hibbân dan al-Bazzâr. Disahihkan oleh Albani dalam ash-Shahîhah, no. 3201).
Baca selengkapnya di: http://media-islam.or.id/2012/01/19/ciri-khawarij-tak-mengamalkan-al-quran-dan-membunuh-muslim/
“Barangsiapa yang berkata kepada saudaranya “hai kafir”, maka ucapan itu akan mengenai salah seorang dari keduanya.” [HR Bukhari]
http://mediaislamraya.blogspot.com/2013/09/bahaya-mengkafirkan-muslim.html
“Hai orang-orang yang beriman, apabila kamu pergi (berperang) di jalan Allah, maka telitilah dan janganlah kamu mengatakan kepada orang yang mengucapkan “salam” kepadamu (atau mengucapkan Tahlil): “Kamu bukan seorang mukmin” (lalu kamu membunuhnya), dengan maksud mencari harta benda kehidupan di dunia, karena di sisi Allah ada harta yang banyak. Begitu jugalah keadaan kamu dahulu [dulu juga kafir], lalu Allah menganugerahkan nikmat-Nya atas kamu, maka telitilah. Sesungguhnya Allah Maha Mengetahui apa yang kamu kerjakan. ” [An Nisaa’ 94]
Tiga perkara berasal dari iman: (1) Tidak mengkafirkan orang yang mengucapkan “Laailaaha illallah” karena suatu dosa yang dilakukannya atau mengeluarkannya dari Islam karena sesuatu perbuatan; (2) Jihad akan terus berlangsung semenjak Allah mengutusku sampai pada saat yang terakhir dari umat ini memerangi Dajjal tidak dapat dirubah oleh kezaliman seorang zalim atau keadilan seorang yang adil; (3) Beriman kepada takdir-takdir. (HR. Abu Dawud)
Jangan mengkafirkan orang yang shalat karena perbuatan dosanya meskipun (pada kenyataannya) mereka melakukan dosa besar. Shalatlah di belakang tiap imam dan berjihadlah bersama tiap penguasa. (HR. Ath-Thabrani)
Rosululloh saw., bersabda:
من صلّى صلاتنا واستقبل قبلتنا وأكل ذبيحتنا فذلك المسلم
Barang siapa yang sholat sebagaimana kami sholat, menghadap ke kiblat kami dan memakan sembelihan kami maka ia muslim.” (Hadits ini diriwayatkan oleh Al-Bukhori no. 391. Ibnu Hajar dalam syarahnya mengatakan: “Di dalam hadis ini menunjukkan bahwa masalah manusia itu dianggap yang nampak padanya. Maka barangsiapa yang menampakkan syi’ar-syi’ar agama diberlakukan padanya hukum-hukum yang berlaku pada pemeluk agama tersebut selama ia tidak menampakkan sesuatu yang bertentangan dengan hal tersebut.” (Fathul Bari I/497)
“… Dan melaknat seorang Mukmin seperti membunuhnya. Siapa saja yang menuduh seorang Mukmin dengan kekafiran, maka ia seperti membunuhnya”. [HR Bukhari]
“Barangsiapa yang berkata kepada saudaranya “hai kafir”, maka ucapan itu akan mengenai salah seorang dari keduanya.” [HR Bukhari]
Dari ‘Abdullah bin ‘Umar Ra, bahwa Nabi SAW bersabda:
“Bila seseorang mengkafirkan saudaranya (yang Muslim), maka pasti seseorang dari keduanya mendapatkan kekafiran itu. Dalam riwayat lain: Jika seperti apa yang dikatakan. Namun jika tidak, kekafiran itu kembali kepada dirinya sendiri”.[HR Muslim]
Dari Abu Dzarr Ra, Nabi SAW bersabda:
“Barangsiapa memanggil seseorang dengan kafir atau mengatakan kepadanya “hai musuh Allah”, padahal tidak demikian halnya, melainkan panggilan atau perkataannya itu akan kembali kepada dirinya”.[HR Muslim]
http://mediaislamraya.blogspot.com/2011/10/jangan-mudah-mengkafirkan-sesama-muslim.html
Filed under: FITNAH |
subhanallah.. alhamdulillah, tersecrahkan