Selama Kekayaan Alam Dirampas Asing Indonesia Akan Terus Miskin

gedung petronasKenapa Pesawat dan Helikopter TNI Indonesia sering jatuh sehingga lebih dari 150 orang tewas di tahun 2008-2009?

Kenapa 11,5 juta rakyat Indonesia menderita busung lapar atau gizi buruk?

Kenapa 120 juta rakyat Indonesia hidup dalam kemiskinan (versi Bank Dunia)?

Kenapa seluruh Lembaga Amal Zakat hanya mampu mengumpulkan dana kurang dari Rp 1 trilyun sementara menurut PENA pada tahun 2008 berbagai perusahaan asing menikmati Rp 2.000 trilyun dari hasil kekayaan alam Indonesia?

Kenapa meski SD-SMP gratis tapi SMU dan Perguruan Tinggi Negeri justru mahal dan tidak terjangkau bagi rakyat miskin?

Kenapa pelayanan kesehatan umum di Indonesia sangat mahal dan tidak terjangkau?

Kenapa korupsi merajalela di Indonesia?

Kenapa rel kereta api dan kabel telpon dicuri?

Kenapa penculikan anak sering terjadi, begitu pula perampokan yang tak jarang menimbulkan korban jiwa?

Kenapa Hutang Luar Negeri Indonesia terus meningkat dari Rp 1.200 trilyun di tahun 2004 jadi Rp 1.600 trilyun di tahun 2009?

Kenapa Indonesia selalu bergantung pada Investor Asing dan jika tak ada Investor Asing datang maka pembangunan tidak berjalan?

Jawaban dari semua pertanyaan di atas adalah karena Indonesia tidak punya cukup uang.

Akibatnya, mayoritas rakyat Indonesia hidup dalam kemiskinan. Sebagian dari mereka terpaksa mencuri, menculik, merampok dan sebagainya untuk mendapatkan uang. Seorang anggota Kapak Merah yang didor polisi berkata, “Biarlah saya ditembak mati. Habis saya cuma lulus SD. Cari kerja susah. Jadi merampok guna mendapatkan uang”

Pemerintah tidak bisa membeli pesawat dan helikopter baru untuk menggantikan pesawat dan helikopter lama yang umurnya sudah 30 tahun lebih. Pemerintah hanya bisa memberi bantuan Rp 100 ribu/bulan untuk kurang dari 40 juta rakyat Indonesia. Itu pun BLT tidak bisa berjalan rutin setiap bulan. Pemerintah tidak bisa membiayai penuh pendidikan dan kesehatan sehingga mayoritas rakyat Indonesia meski tergolong miskin versi Bank Dunia harus membayar mahal untuk pendidikan dan kesehatan.

Dengan mahalnya biaya pendidikan di SMU dan Perguruan Tinggi Negeri, maka jika zaman ORBA mayoritas rakyat lulusan SMA, maka dalam 5-10 tahun mendatang jika kebijakan Ekonomi tidak berubah rata-rata pendidikan hanya lulus SMP saja.

Karena pemerintah tidak punya cukup uang, maka terpaksa harus berhutang dan menggantungkan pada datangnya Investor Asing. Jika tidak, pembangunan tidak akan jalan. Menurut penganut paham Ekonomi Neoliberalisme tanpa hutang tidak mungkin ada pembangunan. Padahal kalau hutang sudah membukit dan si peminjam sampai mendikte bangsa Indonesia untuk menyerahkan kekayaan alam dan menjual BUMN yang dimiliki serta menaikkan berbagai harga yang menyengsarakan rakyat, itu sudah tidak sehat lagi.

Hutang Indonesia yang sudah mencapai 68% dari GNP jelas sudah sangat besar dibanding Singapura yang hanya 14%, Arab Saudi 11%, Iran 8%, atau bahkan Malta yang 0%! Jangan “Besar Pasak daripada Tiang!” begitu kata-kata yang bijak dari nenek moyang kita.

Korupsi merajalela di negara kita karena gaji pejabat dan pegawai negeri di Indonesia sangat kecil. Menurut seorang staf Bappenas, GAJI POKOK pejabat tertinggi hanya Rp 3 juta. Padahal di AS, gaji pengantar Pizza saja yang menurut ukuran sana miskin, mencapai Rp 14 juta. Itu pun belum termasuk Tips!

Gaji Presiden Indonesia kurang dari Rp 70 juta/bulan. Kekayaan Presiden SBY “hanya” RP 8,5 milyar! Padahal gaji CEO Chevron (satu perusahaan migas asing yang beroperasi di Indonesia) mencapai US$ 7,8 juta/tahun atau Rp 7,1 milyar/bulan. Artinya dalam 30 tahun masa kerja, CEO perusahaan migas asing ini pendapatannya mencapai  Rp 2,5 trilyun! Itu baru satu orang. Kalau Direksi ada 5 orang dan komisaris ada 5 orang, semuanya bisa mendapat Rp 12 trilyun. Darimana uang untuk menggaji mereka sebesar itu? Di antaranya ya dari minyak dan gas Indonesia!

Coba anda bayangkan, jika Dirut perusahaan migas asing total gajinya mencapai Rp 2,5 trilyun, sementara Dirut BUMN Pertamina hanya Rp 100 juta/bulan atau Rp 36 milyar, mana yang lebih banyak mengambil uang dari kekayaan alam Indonesia? Tentu Dirut perusahaan asing bukan? Bahkan seandainya Dirut BUMN itu korupsi Rp 1 trilyun pun tetap saja lebih banyak uang yang diambil Dirut perusahaan asing dari bumi Indonesia dengan gaji raksasanya yang “legal.”

Silahkan lihat Daftar Perusahaan Terkaya versi Forbes 500:

http://en.wikipedia.org/wiki/List_of_companies_by_revenue

1. Exxon Mobil, pendapatan $390.3 billion/tahun, gaji CEO, Rex W. Tillerson, $4.12M/tahun

3. Shell, pendapatan $355.8 billion/tahun, gaji CEO, Jeroen van der Veer, €7,509,244

4. British Petroleum, pendapatan $292 billion/tahun, gaji CEO, Tony Hayward, $4.73M

6. Total S.A., pendapatan $217.6

7. Chevron Corp., pendapatan 214.1 billion/tahun, gaji CEO, David J. O’Reilly, $7.82M

8. Saudi Aramco (BUMN Saudi), pendapatan $197.9 billion/tahun

10. ConocoPhillips, pendapatan $187.4 billion/tahun, gaji CEO, James Mulva, $6.88M

Total dari perusahaan itu saja (10 perusahaan teratas versi Forbes 500) yang juga beroperasi di Indonesia mengelola kekayaan alam kita, itu US$ 1.655 milyar atau sekitar 17 ribu trilyun/tahun. Di antaranya berasal dari kekayaan alam Indonesia. Jumlah itu 17 kali lipat dari APBN Indonesia tahun 2009 yang hanya mencapai Rp 1.037 Trilyun.

Dari data di atas, cukup aneh jika Indonesia yang katanya untuk Migas dapat 85% (kalau Pertambangan lain Indonesia memang cuma dapat 15%) dan asing cuma 15% ternyata dapat tidak lebih dari Rp 350 trilyun/tahun dari Migas sementara 6 perusahaan migas tersebut yang “cuma” dapat 15% bisa mendapat Rp 17.000 Trilyun! Atau 5.600% lebih! Menurut nalar saya itu tidak masuk di akal.

Itu belum dari berbagai perusahaan lain seperti Freeport, Newmont, BHP, dsb yang menguasai emas, perak, tembaga, nikel, dsb di Indonesia. Bisa jadi total penerimaan mereka sekitar Rp 30 Ribu Trilyun/tahun.

Ada yang menyebut bahwa selain yang 15% itu, pihak asing juga mengklaim “Cost Recovery” untuk eksplorasi migas dan juga operasional sehingga besarnya bisa mencapai 30-40%. Selain itu besar migas yang diproduksi juga tidak jelas. Amien Rais berkata, “Jika dari perusahaan migas langsung gasnya disalurkan melalui pipa ke Singapura, bagaimana kita tahu berapa gas yang sebenarnya diproduksi?”

Perbedaan signifikan besarnya angka pendapatan yang diperoleh 6 perusahaan Migas dengan minimnya pendapatan yang diperoleh bangsa Indonesia harusnya menjadi satu indikasi yang harus diinvestigasi.

Arab Saudi cukup cerdas menasionalisasi perusahaan Aramco tahun 1974, Chavez presiden Venezuela juga menasionalisasi perusahaan migas di sana sehingga Venezuela yang merupakan negara penghutang terbesar, sekarang rasio hutangnya hanya kurang dari 40% total GDPnya. Di bawah Indonesia yang rasio hutangnya sudah mencapai 68% dari GDP dan terus bertambah sekitar Rp 100 trilyun/tahun. Kuwait dan Qatar juga mengandalkan BUMN mereka untuk mengelola kekayaan alamnya sehingga tidak bocor ke asing.

Akibatnya negara mereka makmur. Ketika saya tinggal di Arab Saudi selama 6 bulan di rumah satu warga negaranya, di sana bukan cuma bensin lebih murah, tapi sekolah, listrik, rumah sakit gratis. Bahkan di sana kalau kuliah diberi uang saku.

Negara-negara yang maju/makmur seperti AS, Inggris, Perancis, Arab Saudi, Qatar, Kuwait, dsb itu tidak pernah menyerahkan kekayaan alam mereka ke asing. Mereka mengelola sendiri kekayaan alam mereka. Qatar dan Kuwat meski SDMnya sedikit, mereka tetap buat BUMN sendiri. Tenaga ahli mereka cari dari luar negeri termasuk dari Indonesia. Coba lihat Kompas Sabtu-Minggu di kolom lowongan kerja, banyak iklan lowongan kerja dari BUMN Qatar, Kuwait, dsb yang mencari ahli migas dari Indonesia. Dan memang SDM Migas Indonesia cukup ahli dan melimpah karena sebagian besar pekerja di perusahaan migas asing di Indonesia juga merupakan putra-putri Indonesia

Selama kekayaan alam Indonesia masih dinikmati oleh asing, Indonesia tidak akan pernah bebas dari kemiskinan.

Tidak ada satu bangsa pun yang maju dan sejahtera yang menyerahkan kekayaan alamnya ke pihak asing. Jika kita lihat negara-negara yang maju/makmur seperti AS, Inggris, Perancis, Jerman, Swis, Arab Saudi, Qatar, Kuwait, Venezuela, dan sebagainya, mereka tidak mau menyerahkan kekayaan alamnya ke pihak asing. Harusnya ekonom Indonesia berjuang agar Indonesia bisa mandiri. Bisa berdikari.

Bukan justru membujuk rakyat/pemerintah agar Indonesia tidak mandiri dan bergantung kepada perusahaan2 asing yang ternyata justru memperkaya perusahaan dan direksi mereka sendiri

Oleh karena itu, dari Rp 30 Ribu Trilyun/tahun yang didapat perusahaan-perusahaan asing tersebut, bisa jadi 10-20% berasal dari kekayaan alam Indonesia atau minimal Rp 3.000 Trilyun/tahun.

Saat ini APBN Indonesia hanya sekitar Rp 1.000 trilyun untuk 240 juta rakyat Indonesia. Artinya tiap orang hanya mendapat sekitar US$ 34/bulan. Masih di bawah garis kemiskinan Bank Dunia yang US$ 60/bulan/orang. Tak heran Indonesia tidak punya cukup uang untuk mensejahterakan rakyat, memberi pendidikan yang terjangkau dari SD hingga Perguruan Tinggi, memberi layanan Rumah Sakit yang terjangkau, Pembaruan Alutsista, menyelamatkan anak-anak jalanan, dan sebagainya.

Faisal, Raja Arab Saudi, menasionalisasi perusahaan migas Aramco sehingga menjadi BUMN di tahun 1974. Sejak itu pendapatan negara Arab Saudi meningkat drastis dan bisa memberikan pendidikan gratis bagi rakyatnya dari SD hingga Perguruan Tinggi. Rumah Sakit dan Listrik juga diberikan gratis. Sementara Bensin di sana hanya Rp 700/liter.

Venezuela yang sebelumnya merupakan satu negara penghutang terbesar dan miskin, ketika Hugo Chavez menjadi presiden, menasionalisasi berbagai perusahaan migas dan pertambangan sehingga pendapatannya bertambah. Hutang luar negeri Venezuela saat ini tinggal 40% dari GDP. Ini lebih baik ketimbang hutang Indonesia yang sudah mencapai 68% dan terus bertambah hampir Rp 100 trilyun/tahun setiap tahun. Venezuela bahkan memberi pinjaman ke beberapa negara dan mensubsidi rakyat miskin di AS dengan minyak murah.

AS, Inggris, Perancis, Belanda, dsb maju dan makmur karena selain mengelola kekayaan alamnya sendiri, mereka juga menguras kekayaan alam negara lain. Tak heran jika Anggaran Belanja Militer AS saja mencapai US$ 655 Milyar/tahun atau Rp 6.550 Trilyun/tahun sementara Anggaran Belanja Militer Indonesia cuma Rp 36 Trilyun saja. Kurang dari 1% anggaran AS!

Bayangkan seandainya Indonesia mandiri dan mendapat tambahan Rp 3.000 trilyun dari hasil kekayaan alamnya sehingga APBN kita menjadi Rp 4.000 trilyun/tahun. Artinya ada US$ 138/bulan untuk setiap orang. Seluruh penduduk Indonesia bisa lepas dari garis kemiskinan VERSI BANK DUNIA yang US$ 60/bulan. Indonesia bisa melunasi hutangnya yang Rp 1.600 trilyun dengan mudah. Indonesia tidak perlu menunggu-nunggu “INVESTOR ASING” untuk membangun negerinya.

Segala janji bahwa pendidikan murah, layanan Rumah Sakit murah, pembaruan alutsista, atau pun mensejahterakan rakyat itu hanya omong kosong belaka jika Presiden kita tidak mau mandiri mengelola kekayaan alam Indonesia. Indonesia tidak akan punya cukup uang selama hasil kekayaan alam kita yang menikmati justru Kompeni-kompeni gaya baru yang didukung oleh pemerintah mereka.

Lihat video di mana Kompeni gaya baru yang didukung AS dan Inggris turut campur untuk menguasai kekayaan alam Indonesia sehingga 1 juta korban tewas:

http://www.youtube.com/watch?v=tvnEc48A7yM

Indonesia butuh pemimpin yang bijak dan berani seperti Raja Faisal dari Arab Saudi dan Hugo Chavez dari Venezuela yang berani menasionalisasi perusahaan pertambangan asing dan mandiri mengelola kekayaan alamnya.

Di bawah adalah sebagian hasil kekayaan alam Indonesia. Indonesia masih punya banyak kekayaan alam yang melimpah selain statistik di bawah.

tambang

kebun

MINYAK

batubara

BUMN yang Menguntungkan Negaranya:

Norway’s economy is a mixed one of public and private enterprises. Although the economy is based on free-market principles, the government exercises considerable supervision and control. The state owns railroads and most of the public utilities, and state-owned enterprises largely control the vital oil and natural gas sectors.

Microsoft ® Encarta

http://encarta.msn.com/encyclopedia_761556517_5/norway.html

About PETRONAS

PETRONAS, the acronym for Petroliam Nasional Berhad, was incorporated on 17 August 1974 under the Companies Act 1965. It is wholly-owned by the Malaysian government and is vested with the entire ownership and control of the petroleum resources in Malaysia through the Petroleum Development Act 1974.

Over the years, PETRONAS has grown to become a fully-integrated oil and gas corporation and is ranked among FORTUNE Global 500’s largest corporations in the world. PETRONAS has four subsidiaries listed on the Bursa Malaysia and has ventured globally into more than 32 countries worldwide in its aspiration to be a leading oil and gas multinational of choice.

http://www.petronas.com.my/internet/corp/centralrep2.nsf/frameset_corp?OpenFrameset

1973
Saudi Arabia’s Government acquires a 25 percent participation interest in Aramco.
1975
Master Gas System project is launched.
1980
Saudi Government acquires 100 percent participation interest in Aramco, purchasing almost all of the company’s assets.
http://www.saudiaramco.com/irj/portal/anonymous?favlnk=%2FSaudiAramcoPublic%2Fdocs%2FAt+A+Glance%2FOur+Story&ln=en
China National Petroleum Corporation
China National Petroleum Corporation was established on September 17, 1988 on the basis of the Ministry of Petroleum Industry, mainly in charge of oil and gas upstream operations. It is a state oil company endowed with certain governmental administrative functions.

http://www.cnpc.com.cn/en/aboutcnpc/companyprofile/history/default.htm

Crude Petroleum Production (thousand barrels/year)
No Country Production Non BUMN Production Description

1

Saudi Arabia

2.788.463

BUMN

2

Russia

2.705.835

2.705.835

BUMN?

3

United States

2.098.560

2.098.560

National Company

4

Iran

1.258.031

BUMN

5

China

1.238.070

1.238.070

BUMN?

6

Mexico

1.160.479

1.160.479

7

Norway

1.092.157

BUMN

8

Venezuela

951.091

BUMN

9

United Kingdom

837.053

837.053

National Company

10

Canada

792.812

792.812

National Company

11

Nigeria

773.549

773.549

12

United Arab Emirates

760.449

760.449

13

Iraq

738.901

738.901

14

Kuwait

691.842

BUMN

15

Brazil

531.509

531.509

16

Libya

481.590

481.590

17

Algeria

477.007

477.007

18

Indonesia

462.782

462.782

19

Oman

327.528

327.528

20

Angola

327.399

327.399

21

Kazakhstan

298.906

298.906

22

Argentina

276.510

276.510

23

Malaysia

255.113

255.113

24

Qatar

248.045

BUMN

25

India

242.801

242.801

26

Egypt

230.605

230.605

27

Australia

228.634

228.634

28

Colombia

210.727

210.727

29

Syria

186.571

186.571

30

Yemen

161.911

161.911

31

Ecuador

143.371

143.371

32

Denmark

135.421

135.421

33

Vietnam

124.037

124.037

34

Azerbaijan

113.322

113.322

35

Gabon

91.751

91.751

36

Congo (ROC)

91.021

91.021

37

Sudan

87.210

87.210

38

Equatorial Guinea

77.638

77.638

39

Turkmenistan

65.588

65.588

40

Brunei

59.536

59.536

41

Thailand

46.446

46.446

42

Trinidad and Tobago

44.501

44.501

43

Romania

43.830

43.830

44

Peru

35.380

35.380

45

South Korea

33.140

33.140

46

Italy

31.178

31.178

47

Uzbekistan

29.013

29.013

48

Tunisia

27.689

27.689

49

Ukraine

27.543

27.543

50

Cameroon

25.501

25.501

51

Germany

25.152

25.152

52

Papua New Guinea

20.145

20.145

53

Pakistan

18.356

18.356

54

Cuba

17.275

17.275

55

Turkey

17.048

17.048

56

Netherlands, The

16.922

16.922

57

Belarus

13.334

13.334

58

Bahrain

12.784

12.784

59

Bolivia

11.748

11.748

60

New Zealand

11.100

11.100

61

France

9.832

9.832

62

Hungary

8.793

8.793

63

Philippines

8.588

8.588

64

Congo (DRC)

8.279

8.279

65

Croatia

8.036

8.036

66

South Africa

7.121

7.121

67

Austria

6.787

6.787

68

Côte d’Ivoire

6.715

6.715

69

Guatemala

6.573

6.573

70

Poland

6.114

6.114

71

Myanmar

5.479

5.479

72

Serbia and Montenegro

5.114

5.114

73

Belgium

4.383

4.383

74

Suriname

3.653

3.653

75

Lithuania

3.229

3.229

76

Czech Republic

2.738

2.738

77

Ghana

2.557

2.557

78

Spain

2.402

2.402

79

Albania

2.323

2.323

80

Bangladesh

2.192

2.192

81

Chile

2.192

2.192

82

Japan

1.948

1.948

83

Estonia

1.863

1.863

84

Singapore

1.461

1.461

85

Sweden

1.461

1.461

86

Greece

1.155

1.155

87

Georgia

731

731

88

Portugal

731

731

89

Kyrgyzstan

731

731

90

Kenya

365

365

91

Ireland

365

365

92

Panama

365

365

93

Slovakia

365

365

94

Dominican Republic

365

365

95

Bulgaria

365

365

96

Barbados

365

365

97

Benin

365

365

98

Switzerland

365

365

99

Morocco

183

183

100

Tajikistan

91

91

101

Israel

37

37

102

Jordan

15

15

103

Slovenia

7

7

Total

24.458.709

17.429.080

Value in US$

1.220.035.600.000

Value in Rp

12.200.356.000.000.000

15% of Sharing

1.830.053.400.000.000

Microsoft ® Encarta ® 2006. © 1993-2005 Microsoft Corporation. All rights reserved.
Natural Gas Production
(Billion cu feet)

1

Russia

21.012

BUMN

2

United States

19.917

19.917

3

Canada

6.639

6.639

4

United Kingdom

3.602

3.602

5

Algeria

2.790

2.790

6

Iran

2.649

BUMN

7

Netherlands, The

2.649

2.649

8

Indonesia

2.472

2.472

9

Norway

2.401

BUMN

10

Uzbekistan

2.048

2.048

11

Saudi Arabia

2.013

BUMN

12

Turkmenistan

1.907

1.907

13

Malaysia

1.730

1.730

14

United Arab Emirates

1.519

1.519

15

Mexico

1.342

1.342

16

Argentina

1.271

1.271

17

Australia

1.271

1.271

18

China

1.165

1.165

19

Qatar

1.059

BUMN

20

Venezuela

1.059

BUMN

21

Egypt

953

953

22

India

883

883

23

Pakistan

812

812

24

Germany

777

777

25

Thailand

671

671

26

Ukraine

636

636

27

Trinidad and Tobago

600

600

28

Oman

530

530

29

Italy

530

530

30

Nigeria

494

494

31

Romania

459

459

32

Kazakhstan

459

459

33

Brunei

388

388

34

Bangladesh

388

388

35

Bahrain

318

318

36

Brazil

283

283

37

Denmark

283

283

38

Kuwait

283

BUMN

39

Myanmar

283

283

40

New Zealand

212

212

41

Libya

212

212

42

Poland

212

212

43

Colombia

212

212

44

Bolivia

212

212

45

Syria

212

212

46

Azerbaijan

177

177

47

Hungary

106

106

48

Japan

106

106

49

Iraq

71

71

50

Croatia

71

71

51

France

71

71

52

Austria

71

71

53

South Africa

71

71

54

Tunisia

71

71

55

Philippines

71

71

56

Vietnam

71

71

57

Angola

35

35

58

Chile

35

35

59

Côte d’Ivoire

35

35

60

Equatorial Guinea

35

35

61

Ireland

35

35

62

Serbia and Montenegro

35

35

63

Spain

35

35

62.543

Iklan

4 Tanggapan

  1. seperti kata Bang haji terlaaaaaaaaaalu

    yang kaya makin kaya yang miskin makin miskin

  2. Salam, catatan anda sangat baik. Anda menulis melalui fakta dan saya kagum dengan penulisan ini.

    Saya adalah warga Malaysia yang mempunyai asal usul nenek yang berasal dari kepulauan bawean. Bagi pandangan saya, ada beberapa perkara Indonesia lebih baik dari Malaysia contohnya permaufakatan penggunaan satu bahasa (Bahasa Indonesia), Hiburan (mempunyai penghibur yang handal..saya sangat meminati Rossa), Pendidikan dalam bidang perubatan yang terbaik (anak saya sedang menuntut di jogyakarta), Masyarakat yang tinggi budi pekertinya (apabila saya melawat indonesia, kebanyakkan orang indoneisa yang saya temui adalah baik dan berbudipekerti tinggi), dan yang paling menarik tentang indonesia ialah, tempat shopping yang murah dengan kualiti barangan yang baik seperti kain baju kebaya, kek lapis yang enak.

    Cuma sejak akhir-akhir ini, saya berasa sedih, takut dan risau akan perhubungan malaysia indonesia. Saya risaukan keselamatan anak saya di sana, dan saya juga merasakan sudah tidak aman untuk melancung ke indonesia.

    Doa saya, hubungan negara kita segera pulih dan berdamai.Inilah pemikiran rakyat biasa seperti saya di Malaysia.

  3. sebetulnya, pemerintah juga tidak bisa kita salahkan begitu ajah, namun pemerintahan yang di bawahlah yang harus banyak diawasi, dan banyak di tinjau,,,seperti pemerintahan daerah di kota2 daerah kecil,, bukannya saya munafik!hhhmmm saya mendengar seperti halnya uang BLT yang harusnya sampai ketangan yang berhak menerima, namun tidak samapai 100%, serta beras bulog seharusnya gratis namun sampai ditangan rakyat harus di beli yang terkadang harganya tidak masuk di akal!? ____salam indonesiaku___

  4. AssWw, permisi, ikut nimbrung, salah satu penyebab nya adalah karena negara2 muslim mengikuti sistem UANG KERTAS. Hasil tambang, perkebunan dll semua ditakar dengan UANG KERTAS. Bahkan UANG HAKIKI yakni EMAS DAN PERAK diekspor dibayar dg UangKertas. Apakah ini adil ? ? ?. Seharusnya semua hasil ekspor DITAKAR DAN DITUKAR dengan UANG EMAS (DINAR) DAN ATAU UANG PERAK (DIRHAM). Konsekwensinya impor pun harus dibayar dgn EMAS(DINAR) DAN ATAU PERAK (DIRHAM). Keunggulan DINAR DIRHAM adalah kestabilan nilainya sehingga terwujud kesetaraan dan keadilan.

Tinggalkan Balasan

Please log in using one of these methods to post your comment:

Logo WordPress.com

You are commenting using your WordPress.com account. Logout /  Ubah )

Foto Facebook

You are commenting using your Facebook account. Logout /  Ubah )

Connecting to %s

%d blogger menyukai ini: